Pasti pernah lihat dong, ada seseorang yang minatnya gambar tapi kuliahnya di jurusan akuntansi. Atau yang kuliah sampe lebih tujuh tahun ngga lulus-lulus, pas ditanya katanya karena ngga suka dengan jurusan yang diambilnya. Loh kenapa ngga dari awal mengambil jurusan yang disukai?
"Orang tua saya yang memilihkan jurusan kuliah ini untuk saya, dan saya tidak bisa menolaknya."
Ya saya pernah punya teman yang berada di posisi seperti itu. Seketika itu juga saya berjanji, kelak jika saya punya anak, saya ingin memberikannya kebebasan menjadi apapun selagi itu baik.
Menghargai pilihan anak. Ya sudah selayaknya itulah yang harus dilakukan orang tua. Orang tua hanya berperan mengarahkan, membimbing, memfasilitasi. Tapi ingin jadi apa mereka kelak, kepuusan ada di tangan mereka.
Ngga perlu menunggu sampai mereka besar. Menghargai pilihan anak bisa kita latih sedini mungkin. Dari hal sepele saja, ketika anak sudah punya pilihan untuk busana yang ingn ia kenakan sehari-hari misalnya.
Saat anak bayi, apapun yang kita kenakan pada anak, ia pasti akan menurut, ngga bakalan protes. Tapi tunggulah sampai ia berumur setahunan, ia mulai bisa memilih mana yang ia suka, mana yang ingin ia kenakan, dan mana yang tidak.
Seperti duo bocah Thifa dan Hana saat ini. Seusai mandi ak jarang dia menolak pakaian yang saya sodorkan pada mereka. "Emoh ini, elek!" kata Hana.
Akhirnya saya biarkan ia memilih mana yang ingin ia pakai. Tak jarang ia memilih pakaian yang tak matching, atau pakaian yang udah gembel padahal kami mau pergi jalan-jalan ke mall.