Thursday, April 30, 2015

Kumpul Keluarga Besar dan Roaming Bahasa

Alhamdulillah minggu kemarin keluarga besar ibu dari Medan dan Rantau Prapat kumpul di Kudus, di acara nikah anaknya sepupu.

Karena jarak yang membentang begitu jauh, kami memang jarang ketemu. Ibu jarang pulang kampung ke Sumatera, biasanya lima tahun sekali atau kalo ada momen nikahan. Itupun yang diajak ngga semua anaknya, tapi gantian, bisa dua anak, kadang juga cuma satu anak yang diajak.

Saya sendiri baru dua kali ke Rantau Prapat, pas umur lima tahun sama tahun 2006 menjelang kelulusan kuliah. Yang menyenangkan saat ke sana itu adalah, pulang-pulang dapet angpau banyak huahahaha. Dan satu lagi selera makan langsung meningkat tajam, saya yang biasanya makan nasi dikit tapi banyak ngemil pas ke Rantau makannya sering nambah. Menunya padahal standar aja sih, tapi kayaknya sih, yang bikin tambah berselera sambal terinya.

Dari jauh-jauh hari saya sudah bilang sama si Ayah, kalo keluarga besar dari Rantau Prapat mau datang berarti kami harus meluangkan waktu untuk datang juga ke Kudus beberapa hari. Jadi segala macam pekerjaan harus udah selesai sebelum hari H.

Apalagi ternyata setelah resepsi anaknya sepupu, ada beberapa sodara yang mau ikut ke Semarang. Senang rumah mini kami yang biasanya cuma berisi empat orang kala itu jadi ramai seketika hehehe.

Selama dua hari kami menemani mereka jalan-jalan. Hari pertama saya ngga ikut karena tujuan cukup jauh, yaitu Candi Borobudur. Kasian sama anak-anak ntar kecapean. Hari berikutnya mbak sepupu minta ditemani belanja daster batik sama ke Masjid Agung Jawa Tengah, karena cuma putar-putar dalam kota aja, saya sama anak-anak turut serta.. Itupun Thifa udah rewel aja dan baru diem setelah dibeliin jam tangan hehehe.

#BeraniLebih Pede, Kesempatan Yang Sama Tak Datang Dua Kali

"Saya harus #beranilebih pede, kesempatan yang sama tak datang dua kali."

Itu yang kerap kali saya ucapkan lantang pada diri saya sendiri. Masih teringat jelas di benak saya, ketika mengikuti workshop parenting yang menghadirkan Kak Seto Mulyadi sebagai pembicara. Kala itu Kak Seto pamit untuk pulang lebih dulu pada peserta dikarenakan ada agenda lain di kota yang berbeda. Acara memang sudah hampir selesai, setelah sesi Kak Seto tinggal games dan makan siang saja.

Dalam hati saya merasa pengen banget keluar ruangan minta foto bareng Kak Seto. Ya kapan lagi saya dapet kesempatan ketemu Kak Seto kan? Tapi saya ragu, saya malu, saya nggak percaya diri. Saya takut dibilang ndeso minta foto bareng, saya takut ditolak sama Kak Seto karena mungkin dia terburu-buru. Butuh cukup waktu lama untuk saya meyakinkan diri saya sendiri, cuma seorang saja yang minta foto bareng masa ditolak. Karena waktu itu memang ngga ada sama sekali peserta yang beranjak dari tempat duduknya mengejar kak Seto. Kalaupun ditolak ya udah gapapa. Akhirnya sayapun keluar ruangan, mencari Kak Seto. Tapi, saya sudah terlambat.

Ada penyesalan mendalam kenapa saya tidak #beranilebih pede kala itu. Keliahatannya sepele, cuma gagal foto bareng aja, kok menyesalnya sampai seperti itu. Tidak sesederhana itu. Perasaan minder, malu, ragu, seperti sudah mengakar dalam diri saya. Bukan hanya sekali saya melewatkan kesempatan baik hanya karena tidak pede. Pernah dulu, seorang teman kos meminta saya ngemsi di acara ultah anaknya, tapi saya tolak, dengan berbagai macam alasan, yang sebenarnya saya ngga pede karena belum punya pengalaman ngemsi. Padahal untuk menjadi "berpengalaman" harus ada sesuatu yang baru pertamakali dilakukan.

Wednesday, April 29, 2015

Horeee!!! Nemu Coto Makassar di Semarang

Horeee!!! Nemu coto Makassar di Semarang, dan rasanya enaaak. Sama lah kayak coto yang suka saya makan di Makassar sonoh.

Sebenarnya sih udah cukup lama saya tahu resto khas Makassar ini, cuma mau ke sana kok ragu-ragu, pertama restonya kecil, rasanya kira-kira enak ngga ya. Haha underestimate banget ya. Trus soal harga, takutnya udah masuk sana harganya mahal, mau ngga jadi beli kan ngga enak gitu.

Kalo di Makassar sih harga coto relatif murah. Jaman saya kerja di sana (tapi bukan di warung coto ya kerjanya :p), tahun 2007an harga coto semangkuk Rp.4.000 juga ada. Tapi kalo bukan di tempat asalnya biasanya kan harganya agak mahal. Nah kebetulan kemarin ada temen yang habis makan di sana, jadi saya tanya juga, harga perporsi berapa. Katanya sih sekitar Rp.18.000,- Oke agak mahal memang tapi masih bisa terjangkau lah ya daripada ngidamnya ngga keturutan kan atau harus naik pesawat ke Makassar demi mendapatkan coto murah huehehe.

Yawis, sepulang jemput kakak dari stasiun Tawang, mampir ke Daeng Baba' resto di Jalan Brigjen Katamso persis depan RB Bunda. Tombo kangen sekalian ngereview buat web HelloSemarang.com. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui hehe.

Tuesday, April 28, 2015

Stasiun Tawang Semarang: Menunggu Ternyata Mengasyikkan

Menunggu itu membosankan, begitu kata sebagian besar orang. Tapi itu tak berlaku saat saya menunggu kakak di stasiun Tawang beberapa hari lalu. Yang ada di pikiran saya saat itu, menunggu ternyata mengasyikkan!

Kami janjian jam 3 sore, tapi pas saya hubungi kakak, katanya "Ngga tahu dimana, yang keliatan cuma sawah-sawah."

"Wah masih jauh berarti, kalo sawah ya mungkin masih di kaliwungu," kata si Ayah, kemudian kamipun duduk di ruang tunggu.

Dari stasiun terdengar suara musik keroncong, saya pikir itu kaset, tapi kayak ada yang ngomong-ngomong di tengah-tengah lagu, apa ada yang sedang karaokean di sini. Sayapun mencoba mencari sumber suara, eh ternyata emang ada live music di situ. Kalau berkenan kita bisa memasukkan uang dalam kotak sesuai kemampuan dan kemauan.

Karena saya merasa terhibur sayapun memasukkan uang dalam kotak itu, jumlahnya rahasia, ntar dibilang riya' hihihi (halah riya' apa malu karena cuma ngasih dikit?:p)


Friday, April 24, 2015

Hari Kartini, Hari Bumi, dan Hari Buku

Tiga hari kemarin, tanggal 21,22,dan 23 berturut-turut ada tiga peringatan penting,  baru ngedraf buat postingan buat hari Kartini eh udah hari bumi, besoknya hari buku.

Sebagai blogger kekinian yang ngga mau melewatkan posting tentang ketiga hal tadi akhirnya saya putuskan menjadikan tiga peringatan itu, hari kartini, hari bumi dan hari buku jadi satu posting saja, biar kesannya ngga basi. Halah blogger malas ini mah, sama boogger kebanyakan alasan :D


Hari Kartini
Tanggal 21 April kemarin diperingati sebagai Hari Kartini di Indonesia. Salah satu moment tak terlupakan di tanggal itu adalah memakai kebaya di hari kartini pas jaman SMA.

Dari semenjak kecil saya sama adik emang suka gaya-gayaan, ambil kebayanya ibu, jarik atau sarung, kita pake trus difoto.



Sunday, April 19, 2015

Tips Menaklukkan Hati Ibu Mertua


welfie bareng ibu mertua
Udah beberapakali saya cerita tentang ibu mertua di blog, salah satunya bisa dibaca pada tulisan saya yang berjudul My SuperMom. Makanya sekarang agak bingung mau cerita apalagi tentang ibu mertua ya untuk menyemarakkan posting serentak Kumpulan Emak Blogger (KEB) menyambut hari Kartini. Hmm Gimana kalau saya sharing tentang Tips Menaklukkan Hati Ibu Mertua aja? Pasti banyak yang butuh nih huehehe *pede* yang penting ada kaitannya dengan ibu mertua kaan?

Alhamdulillah sih ya, ibu mertua saya tipikal orang yang nyante. Dari awal saya diperkenalkan dengan beliau, udah welcome banget orangnya. Tapi teteeep bukan berarti saya cuek aja ngga ada usaha pedekate ke beliau. Apalagi saya sempet setahun tinggal numpang mertua. Ya masa di rumah mau ongkang-ongkang kaki gitu, ya ngga mungkin kan ya.

Tips menaklukkan hati mertua yang saya maksud di postingan ini bukan hanya untuk yang mertuanya galak trus mau kita jinakkan #eh. Tapi juga tips bagaimana membina hubungan baik dengan mertua. Yang asalnya ngga baik jadi baik, yang udah baik ya teteap baik atau malah jadi tambah baik.


Thursday, April 16, 2015

Permainan Masa Kecil Yang Tak Terlupakan

Halo temans, kita nostalgia yuk! Tentang permainan masa kecil yang tak terlupakan. Apa jangan-jangan udah pada lupa saking lamanya? Untung looh masa kecilku baru kemarin sore berlalunya hihihi.

Saya menjalani masa kecil di dua tempat yang berjauhan jarak dan kultur. Bandung dan Makassar.

Dari semenjak bayi sampai kelas tiga SD saya tinggal di Bandung. Kemudian kelas empat SD sampai lulus saya di Makassar. Dan ini permainan masa kecil saya:

Galah. Jaman saya SD di Bandung nyebutnya sih main Galah, tapi kayaknya orang lebih umum menyebutnya gobak sodor. Jadi kita dibagi dua tim. Inti permainannya menghadang lawan supaya tidak bisa lolos melewati garis sampai baris terakhir. Kalo sampe kesentuh sama yang jaga berarti dia kalah. Hampir tiap hari di jam istirahat kami main itu, kalo dipikir-pikir sekarang heran juga ya kok ngga bosen gitu loh. Biasanya saya sama temen-temen segeng itu biar timnya ngga terpisah klta janjian sebelum hompimpah. "Hitam,hitam, putih, gitu terus ya, biar kita ngga kepisah." Lihat betapa manisnya persahabatan kami, tak terpisahkan oleh gobak sodor sekalipun hahaha.

Saturday, April 11, 2015

Oleh-Oleh Khas Makassar

Saya dulu bingung kalo ada teman yang minta dibawain oleh-oleh khas Makassar. Kenapa? Ini ceritanya

*********

Saya selalu menyebut Makassar kampung halaman kedua.

Saya tinggal di Makassar sejak kenaikan kelas 4 SD. Waktu itu Papa dipindahtugaskan dari Bandung. Cukup lama tinggal di sana, sampai pertengahan kelas tiga SMP, kami pindah ke Denpasar. Saya cuma setengah tahunan di Denpasar, hanya menamatkan SMP saja, kemudian memilih untuk LDR sama orang tua, dan ikut Mbah di Kudus, kota kelahiran saya.

Lulus kuliah dari D3 Public Relations UNDIP Semarang saya balik lagi ke Makassar. Papa dipindahkan ke sana lagi setelah lima tahunan dinas di Denpasar. Ngga lama saya tinggal di sana dapet panggilan kerja di radio Venus Makassar. Alhamdulillah impian saya sejak SMA kesampaian juga ^_^

Waktu tinggal di Makassar yang pertama kalinya saya kurang begitu excited sama kuliner Makassar. Yang saya tahu sih cuma coto Makassar, sop konro, pisang ijo, sama pisang epe. Itupun makannya cuma sesekali, masih bisa dihitung dengan jarilah padahal udah lima tahun saya tinggal di sana. Karena emang keluarga kami termasuk yang jarang banget makan di luar rumah. Dan lagi makanan macam coto, sup konro yang berdaging-daging itu kurang cocok untuk apa yang punya kolesterol hehehe.

Pas yang keduakalinya ke Makassar, barulah saya lumayan banyak mengeksplore kuliner Makassar. Secara udah kerja juga ya, jadi bebas mau makan di luar kan pake uang sendiri hehehe.


Thursday, April 9, 2015

Quality Time di Luar Rumah, Perlukah?

Quality time di luar rumah, perlukah? Dulu sih saya menganggap yang perlu adalah quality time-nya. Perkara di luar rumah atau di dalam rumah, sama aja lah, malah saya lebih memilih di dalam rumah aja biar ngirits, hihihi. Hingga pada suatu hari...

"Kamu kenapa sih dari tadi ngomel melulu, mbok yang tenang," kata suami.

"Gimana bisa tenang Yah, anak2 belum mandi, rumah masih berantakan, udah jam segini kita mau pergi blablabla.."

Ya saya emang orangnya gitu suka kemrungsung, sering panikan, mudah kesel. Kamu liat saya orangnya kalem, percayalah itu hanya pencitraan belaka hahaha.

Dan akhirnya rumah saya tinggalkan dalam kondisi setengah berantakan juga. Kalo saya lagi di rumah ya kesel ngeliatnya. Lagi proses diberesin, belum selesai eh udah berantakan lagi. *lirik duo bocah yang pecicilan*

Tapi setelah sampai di luar rumah saya ngerasain lebih tenang daripada di rumah tadi. Rumah berantakan, ya udah mo gimana lagi, saya udah di luar ngga bisa ngeberesinnya sekarang. Pikiran lebih tenang. Bisa fokus becandaan sama anak.

Nah disitulah saya ngerasa bahwa sesekali perlu juga kita quality time di luar rumah, biar pikiran ngga kedistract hal-hal lain selain keluarga.

Quality time di Cimory Bawen

Monday, April 6, 2015

Mengejar Adik Sampai Stasiun

"5 bulan ga ketemu, giliran ketemu lupa foto bareng" Itulah yang menyebabkan saya bela-belain mengejar adik sampai stasiun.

Jadi ceritanya, adek saya Raisa Adila yang udah sekitar lima bulan lamanya kerja di Okezone Jakarta mbalik ndeso, ke Kudus. Karena liburnya cuma dua hari sja, Adek ngga bisa nginep di Semarang. Dia pengen manfaatin dua hari itu ngumpul bareng Ibu Papah.

Awalnya saya cuma mau jemput ke stasiun trus anter ke terminal biar dia ngebis ke Kudus, tapi karena saya kakak yang baik hati, saya antarlah dia sampe Kudus, nginep semalam doang, soalya besoknya Papa sama Ibu juga ada acara ke luar kota (Boja). Dan si Ayah juga ada kerjaan yang kudu diselesaikan.

Dari rumah udah angan-angan lo, ntar mau foto-foto ah di stasiun. Bekgron stasiun kan cakep tuh buat poto-poto mumpung bedak belom luntur juga. Eh malah lupa, ya soalnya, saya ngga masuk stasiun sih. Adek keluar stasiun langsung masuk mobil trus capcus deh kita ke Kudus.

Pas besoknya saya mbalik Semarang baru keinget belum foto sama sekali bareng adek. Bahkan dulu lima bulan lalu, sewaktu saya mengantar dia ke bandara mau ke Jakarta juga lupa ngga foto. Foto terakhir kami pas ngangkut barang-barangnya dari Jogja ke Kudus. Duh payah tenan ya, dalam hal narsis kok bisa lupa ya hahaha.


Sunday, April 5, 2015

Blogger Belajar Fotografi Produk

Hari Selasa 31 Maret 2015 kemarin, saya dan teman-teman komunitas Gandjel Rel blogger belajar fotografi produk (spesialisasi makanan) yang diadakan Sriboga, perusahaan tepung terkemuka di Indonesia. Salah satu produknya yang sering saya pakai tepung pita merah. Karena saya memang paling sering menggunakan tepung terigu untuk membuat gorengan *masakan mainstream sedunia*.

Acaranya mulai jam 10an tapi saya baru datang menjelang jam 12. Bukan terlambat, tapi sengaja, hehe. Maksudnya saya sebagai emak yang tak terpisahkan dengan duo bocah harus memikirkan strategi gimana bisa menimba ilmu tanpa meninggalkan anak-anak.

Ibu2 UKM binaan Sriboga praktek foto bersama mbak Didi

Mereka pasti bosan kalau ikut saya dari pagi sampai sore sementara ngga memunginkan juga ditinggal sama Win-win solutionnya ya ini, datang tapi ngga full.

Sesi pertama diisi oleh mas Taufiq Annas yang membahas berbagai macam kamera dan lensa. Saya cuma kebagian kata-kata penutupnya doang, tapi untung materinya sudah disiapkan dalam bentuk print out, jadi bisa dibaca-baca di rumah.

Dari sekian jenis kamera yang diulas, hanya satu yang familiar bagi saya yaitu kamera pocket hehe. Kamera lainnya kayaknya sih pernah saya pelajari juga jaman masih mahasiswa dulu di mata kuliah fotografi tapi udah lupa semua.

Sesi duanya diisi oleh blogger yang udah familiar banget, mbak Didi pemilik blog diahdidi.com. Mba Didi memberikan materi dengan sangat santai dan mudah dimengerti peserta.

Friday, April 3, 2015

Mak Irits: Impian dan Idealisme

"Yah bisa ngga ya aku mewujudkan impianku jadi penulis?"

Beberapa tahun lalu, hampir selalu itu yang saya bahas dalam obrolan ranjang bersama si Ayah, soulmate sekaligus smartfren saya. Saat anak tidur kami biasanya memang ngobrol santai aja di atas ranjang. Saking terlalu seringnya pertanyaan itu saya lontarkan, sampai-sampai si Ayah merekam pembicaraan kami tentang itu di gadget.

"Besok kalo kamu nanya ini lagi, tak puter rekamannnya, biar kamu tahu ini udah yang kesekian kalinya dibahas." Hahaha.

Waktu itu saya memang sangat meragukan kemampuan saya sebagai penulis. Saya ngga tahu apa yang harus saya lakukan untuk mewujudkan impian saya. Ngirim tulisan ke media udah, ngirim naskah ke penerbit udah juga, tapi hasilnya NIHIL. Emang udah berapa naskah yang dikirim bu? SATU *dan stay cool*

Thursday, April 2, 2015

Tips Untuk Si Pelupa

Tips untuk si pelupa maksudnya ya untuk diri saya sendiri. Entah kenapa akhir-akhir ini jadi pelupa akut. yang jelas bukan faktor "U" lah karena eykeh kan masih muda. Hmm.. mungkin karena lagi banyak kerjaan kali ya *sok yes :D

Hal-hal yang paling sering saya lupakan seperti lupa menaruh barang, *ini sih udah dari dulu. Lupa harus melakukan apa padahal tadi kayaknya udah rencana mau ini dan itu. Untung ngga lupa nama sendiri.

Karena penyekit lupa ini sudah amat sangat merugikan diri saya sendiri maupun orang lain, akhirnya saya merenung, introspeksi. Apa salah dan dosaku?? *BANYAAAK...

Dan tercetuslah tips untuk si pelupa ini. Bagi temen-temen yang punya masalah yang sama bisa dicoba lho, jangan malu, sungkan, apalagi meragukannya hahaha.

Kembalikan barang pada tempat semula
Tambahan lagi tempatnya harus selalu sama. Misalnya potongan kuku biasa ditaruh di dalam kotak warna merah di atas lemari, ya haruis selalu balik ke situ jangan berpindah-pindah. Ngga usah ditanya kenapa ditaruh di atas lemari. Nanti kalau punya anak batita pasti akan tahu jawabannya :D