Mana lebih sulit menulis cerpen atau cerbung? Mungkin kalau mendapat pertanyaan begini, kebanyakan orang akan spontan menjawab, ya cerbung lah. Cerbung kan panjang, harus pandai merangkai kata, belum bisa konsisten pulak nulisnya sampai tamat. Yaa, bener sih, tapi menulis cerpen juga punya tantangan tersendiri, lho.
Cerpen saya di KaryaKarsa yang dua bisa dibaca GRATIS |
Kalau dalam dunia audio visual, ini seperti membandingkan film dan serial. Film itu durasi rata-rata dua jam selesai. Sementara serial, paling nggak sepuluh episode yang masing-masing durasinya minimal satu jam. Kalau dibilang lebih mudah membuat film yang durasinya pendek, kenyataannya saya banyak menemukan film yang failed.
Kebanyakan kegagalan film itu terletak pada alur yang terasa terlalu cepat. Asalnya benci, dalam waktu singkat bisa berubah jadi cinta, jadi terasa kurang masuk akal, karena kurang smooth perpindahannya. Konfliknya juga berasa sepintas doang, kurang deep.
Nah, tantangan membuat cerpen ya seperti itu. Bagaimana dalam jumlah kata seribuan kita bisa menciptakan karakter dan membangun chemistri yang kuat antar tokoh serta membuat konfliknya tidak hanya terasa sepintas lalu. Nah, lho.
Saya yang biasa menulis cerbung pun sempat tertantang membuat cerpen. Cerpen pertama saya buat karena saya mau ikut lomba cerpen Indomie X KaryaKarsa. Cerpen ini menceritakan tentang pertemuan Nayyara dan Arshaka mantan adik Ipar nya setelah sepuluh tahun mereka terpisah jarak.
Dalam pertemuan mereka di sebuah warmindo, Arshaka meminta Nayyara kembali lagi menjadi keluarga mereka, namun yang tak disangka Nayyara, ternyata adik Ipar nya bukan meminta Nayyara kembali rujuk dengan kakaknya, akan tetapi justru melamarnya.
Di waktu yang sama, Nayyara menerima pesan WA dari Ardhito mantan suaminya meminta jawaban atas permintaan rujuknya.
Cerpen tersebut belum berhasil memenangkan lomba, tapi alhamdulillah banyak yang memberi respon positif bahkan meminta cerpen tersebut dijadikan cerbung sekalian karena penasaran dengan endingnya.
Setelah itu saya membuat cerpen OGAH NIKAH yang saya publish di Karyakarsa. Sampai tulisan ini tayang, Alhamdulillah mendapat 40 dukungan dalam durasi 9 bulan setelah tayang. Dikit, kan? Hahha tapi bagi saya itu banyaaak. Saya yang dulunya insecure membuat tulisan fiksi bisa dapat 40 dukungan. Ternyata ada ya orang yang mau membayar untuk baca ceritaku. Bersyukur banget, saya merasa itu pencapaian besar.
Baca juga: Tips Menulis Cerita Romantis tanpa Erotis
Cerpen OGAH Nikah sekarang juga lagi on going dalam bentuk cerbung. Kamu bisa baca cerbung OGAH NIKAH gratis di wattpad.
So, ada tips nggak bikin cerpen yang asik? Saya sebut asik karena belum tentu cara saya menulis cerpen ini baik dan benar ya. Gimana, ya, saya kok sulit untuk merumuskannya dalam sebuah teori menulis. Yang jelas saya punya perbedaan mendasar antara cerbung dengan cerpen yaitu terletak di ending. Ini ala saya saja ya.
Saat membuat cerpen saya lebih suka menggunakan open ending. Jadi meski cerpen sudah tamat, masih bisa pembaca menduga-duga kelanjutannya. Dan saya suka menggunakan ending yang ada unsur kejutannya. Seperti di cerpen Setelah Sepuluh Tahun, kan awalnya nggak pada nyangka tuh, kalo ternyata sekarang adik Ipar yang beda usia sepuluh tahun itu naksir sama mantan kakak ipar. Terus endingnya juga dia pusing mau menjawab apa, jadi belum ketahuan dia akan pilih siapa. Ardhito yang meminta rujuk atau Arshaka yang tiba-tiba melamar.
Baca juga: Membaca Novel Gratis Tanpa Aplikasi
Dalam ending cerpen OGAH NIKAH juga masih misteri tuh endingnya, dan rencana akan saya selesaikan di versi cerbung OGAH NIKAH. Silakan baca, ya. Mumpung gratis, hehehe.
Nah, penasaran nggak gimana saya menulis cerpen. Nggak akan ditulis semua di sini. Bisa kamu baca cerpen lomba Indomie di wattpad dan KaryaKarsa.
Untuk cerpen OGAH NIKAH bisa dibaca dengan mendukung senilai Rp.3000,- sementara OGAH NIKAH cerbung bisa dibaca gratis di wattpad.
No comments:
Post a Comment