Wednesday, June 28, 2023

Menulis Romantis Tanpa Erotis

 Bismillah.

Tema ini saya sampaikan pada kelas sharing di salah satu WA grup salah satu komunitas. Sekalian saya share di sini biar lebih banyak yang bisa baca ya. Semoga bermanfaat.


Latar Belakang Pemilihan Tema (udah kek nulis skripsi aja ya 😆😆)

Baiklah, saya mulai dulu dengan latar belakang mengapa saya mengajukan tema: Menulis Romantis tanpa Erotis.

Sebelumnya saya sempat ajukan tema "Menulis di Platform untuk Pemula" tapi saya pikir-pikir lagi masa dari sharing ke sharing isinya itu muluk. Saya yang menyampaikan jadi bosan sendiri hahaha. So, saya ajukan satu tema lagi yang ini, dan oleh pihak mengundang setuju yang tema ini.


Nah, jadi ... saya itu penggemar cerita romantis, mulai dari novel, komik, film, maupun serial. Cuma saya prihatin kok seringkali cerita romance itu mengandung unsur porno. Nah ini juga sebenarnya yang menjadi trigger bagi saya untuk menulis novel romance. Saya menantang diri sendiri, bisa nggak saya bikin novel *roman tapi sopan*. Jauh dari pornoliterasi bahkan meminimalisir skinship bagi pasangan tokoh yg belum halal.

Definisi Pornoliterasi

Kalau ngomong soal definisi pornoliterasi dan batasanannya, tiap orang bisa saja punya persepsi yang berbeda. Menurut saya ini porno tapi menurut orang lain tidak dan sebaliknya.

Dalam KBBI, definisi pornografi

1. Penggambaran tingkah laku secara erotis dng lukisan atau *tulisan* untuk membangkitkannafsu berahi

2. Bahan bacaan yg dng sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi di seks.

Lebih detail, KBM App, salah satu platform yg cukup ketat dalam hal pornoliterasi menjelaskan: Pornoliterasi adalah tulisan yang mendeskripsikan secara sensual lekuk tubuh wanita atau pria, deskripsi ketelanjangan, deskripsi hubungan badan, narasi proses keintiman (seperti: membuka kancing, menurunkan celana, dll), dan segala kata-kata yang mengundang birahi.

Pornoliterisi vs Adult Romance

Hati-hati nih, ada yang menulis adegan porno tapi bersembunyi di balik genre yang katanya adult romance.

Menurut sebagian orang, novel porno dan adult romance itu beda. Kalau novel porno fokusnya hanya pada adegan sensual seringkali tanpa plot dan alur yang jelas, tujuannya hanya membangkitkan birahi. Sementara adult romance bisa memiliki elemen erotis tapi bukan merupakan elemen utama.

Kalau menurut saya, porno ya porno saja. Entah itu jadi fokus utama ataupun tidak.

Batasan saya terhadap pornoliterasi adalah: segala sesuatu yang tidak pantas dipertontonkan di depan umum, boleh ada TAPI tidak dideskripsikan berlebihan.

Nah ini tentu saja harus melalui perenungan yang dalam, tanyakan kata hatimu ini pantas tidak, deskripsi seperti ini berlebihan tidak, berdampak seperti apa kalau saya menuliskannya.

Tapi Kak, saya perlu menulis adegan kissing dan unboxing karena ini berpengaruh pada alur cerita.

Seperti yang saya bilang di atas, BOLEH ADA TAPI TIDAK DIDESKRIPSIKAN BERLEBIHAN.

Tulis secara tersirat kalau memungkinkan. Misal berciuman cari kata lainnya (biasa ada yang pakai memangkas jarak dll) atau kalaupun harus menulis "berciuman" ya udah berciuman aja tanpa deskripsi yang berlebihan.

Bagaimana kalau kedua tokohnya pasangan suami istri, boleh dong dideskripsikan adegan kissing dan unboxing. Kan sudah halal.

Pertanyaannya: Boleh tidak kita berhubungan suami istri ditonton orang? Nggak boleh, kan. Jadi bukan perkara halal dan tidak halal ya, kembali ke batasan tadi, sesuatu yang tidak pantas dipertontonkan di depan umum jangan dideskripsikan berlebihan.

Contoh Menulis Adegan Rentan Porno Agar Tetap Aman

Contoh ini saya ambil dari cerbung saya berjudul: Merawat Istri Sang CEO. FYI, kedua tokoh (Bas dan Ayana) ini pasangan menikah ya, jadi sudah halal.

Adegan Pakai Baju Seksi

Cepat-cepat Bas menutup pintu. “Ayana, diam! Mengapa kau berteriak, orang akan berpikir yang tidak-tidak, jika mendengar!” bentaknya.

“Dan Ya Tuhaan!!!” pekik Bas ketika ia melihat pakaian yang dikenakan Ayana.

“Kau pakai baju apaaa?” Ia menutup muka tak ingin lebih lama melihat Ayana yang berpakaian sangat minim. 

Ayana menyilangkan tangannya di depan dada. “Hanya ini yang ada di lemari Pak, Ibu yang suruh pakai.”

Bas seketika melepaskan kemeja yang dikenakannya. Dengan memalingkan muka, ia menyodorkan kemejanya pada Ayana.

****

Jadi jangan sampai dijelaskan detail memakai baju yang menampakkan bagian tubuh ini itu, bentuknya begini.

Adegan Kissing

Hah, selingkuh? Kata itu terlalu kejam menurut Ayana. Ia hanya mengobrol dengan kawan lama. Ya, memang ada perasaan lebih saat sekolah dulu pada Tyo, tapi kenapa harus menyebut kata selingkuh?

“Apaan sih, Pak, cuma ngobrol, juga! Lagian Bapak dari tadi ngobrol sama temen bapak lama banget. Saya udah lapar sampai mau mati rasanya, tapi Bapak nggak ngerti. Sampai saya balik dari toilet, Bapak masiih juga ngobrol. Sama perempuan lagi. Keliatannya mesra banget, perempuan itu sentuh-sentuh Bapak juga, memangnya itu …."

Tiba-tiba Bas mendaratkan bibirnya pada bibir Ayana, membuat gadis itu berhenti mengomel.

“Kau cerewet sekali, aku tak bisa konsentrasi menyetir nanti!”

Adegan Malam Pertama

“Mau beli oleh-oleh apa?” tanya Bas.

“Hmm apa ya, selimut, kain bali, atau pernak-pernik? Menurut Bapak Ibu suka oleh-oleh apa?”

“Hmmm .…” Bas nampak berpikir.

“Menurutku, ibumu tidak terlalu suka itu semua.”

“Ha?”

“Tapi aku tahu oleh-oeh apa yang pasti membuat ibumu sangat bahagia.”

“Apa itu, Pak?”

“CUCU!” seru Bas lalu menggendong tubuh Ayana masuk ke dalam kamar.

******

Gimana menurut teman-teman, apakah ketiga contoh di atas bisa dikategorikan aman dari pornoliterasi? Kalau misal teman-teman menganggap "Ah, itu sih masih porno, Kak."

Ya nggak apa-apa juga, karena bisa saja saya salah dan tentunya masih butuh banyak masukan dari teman-teman. Jadi silakan ditulis di kolom komen yaa pendapat kamu.

Mengapa harus menghindari pornoliterasi?

Ada dua faktor kenapa kita harus menghindari tulisan menjurus porno.

Pertama faktor ke luar

Mungkin ada yang mengatakan "Kan tulisan saya udah ditambahin label 21+ ada warningnya."

Okee, tapi nggak jaminan loh ada yang di bawah umur membaca tulisan 21+ kita, ya karena membaca novel online semudah itu. Paling di awal cuma suruh klik, anda usianya 18/21+? Tinggal klik ya, bisa deh baca, nggak harus verifikasi KTP kan.

Jangan juga egois mengatakan salah sendiri udah ada tulisannya 21+ masih tetep mau baca. Bayangin, anak kita yang usianya masih di bawah 21 tahun itu, kan pegang HP juga. Bukan tidak mungkin mereka terpapar bacaan seperti itu. Dianalogikan kita punya anak kecil di rumah, nggak cukup kita bilang bahwa pisau itu tajam bisa membuat terluka, tapi kita harus menyimpan pisau itu di tempat aman yang bener-bener jauh dari jangkauan anak, kan.

Ingat, bila orang lain sampai melakukan perbuatan dosa karena terinspirasi cerita kita, bisa jadi kita terkena dosa jariyah. Wallahu a'lam bisshowab.

Faktor ke dalam

Artinya untuk diri kita sendiri. Bagaimana kita mau dikenal oleh orang lain. Apakah kita mau dikenal sebagai, 'Oh si fulan penulis novel porno itu kan'

Atau:  'Ibunya si fulan yang suka nulis adegan xx di ceritanya itu?'

Siap begitu?

Mungkin saat ini kita tidak berpikir sampai ke situ. Tapi sebelum melakukan sesuatu, biasakan memikirkan dampak jangka panjang. Ingat, jejak digital itu kejam. Suatu hari kita sudah hijrah, jejak terdahulu bisa saja masih tetap ada. Apalagi ada platform yang tidak bisa dengan mudah kita mengedit cerita maupun menghapus. 

Bagaimana cara agar kita tidak tergelincir pornoliterasi?

Memang menulis novel terutama romance ini sangat rawan membuat kita tergelincir menulis yang menjurus ke porno. Yang harus kita lakukan

1. Menerapkan rambu-rambu saat menulis cerita. Patokan kita yang porno itu bagaimana? Kalau saya selain menghindari porno, menghindari juga skinship berlebihan untuk tokoh yang belum dapat sertifikat halal. Karena saya nggak mau orang setelah membaca cerita saya lantas beranggapan "Oh, ciuman itu boleh aja meski blm nikah asal suka sama suka." misalnya. Karena jelas-jelas nggak boleh, kan.

2. Minta orang lain baca dan berpendapat sebelum dipublish. Bisa saja kita sedang lengah lalu kepeleset menulis adegan yang menjurus ke porno.

3. Tentu saja minta perlindungan dari Allah SWT. Karena godaan menulis porno itu besar sekali. Bisa dengan alasan cuan atau demi mengikuti kepuasan pembaca. 


Nah, itu tadi sharing dari saya bagaimana cara menulis cerita roman tapi sopan, cerita roman yang tidak porno. Semoga kita terhindar dari kesenangan semu duniawi yang dapat menjerumuskan kita pada dosa, aamiin,


7 comments:

  1. Masya Allah aku padamu, Mbak. Aku pun pegang prinsip menulis yang baik-baik agar tulisannya berkah, dan jika jadi jalan rezeki pun insya Allah berkah. Aamiin. Semangat terus Mbaak.

    ReplyDelete
  2. Hiks swdih sih sekarang banyak bgt cerita romance yg banyak adegan pornonya. Baru aja kmr pas si kakak libur panjang izin mo download watpad sebelum aku iyain coba2 baca beberapa cerita kan..dan asli paeah banget deh. Padahal judulnya kek Islami gitu dan seperri yg mak Mi jelasin di atas tokohnya suami istri dan adegannya dideskripsikan detail. Jadi aku ga kasih deh kakak download watpad.
    Sebagau penulis kita udh menetapkan labeb tapi ga menjamin yg baca mengikuti ya mak. Jangan sampe kita ketiban dosa jariyah gegara nulis kek negini. Makasih sharingnya mak

    ReplyDelete
  3. Sebenarnya batasan tidak menulis pornoliterasi itu sudah jelas ya. Cukup dengan membaca ulang dan menilai apakah yang ditulis itu pantas untuk ditayangkan. Rahmi keren sih bisa produktif banget bikin novel romance

    ReplyDelete
  4. Sekarang banyak banget tema novel online yang menjurus kesitu. Mana adik adikku yang masih muda kadang tergoda, dengan insight mba Rahmi seperti ini semoga penulis diluar sana jadi lebih paham mana kata kata yg lebih pantas untuk ditulis :)

    ReplyDelete
  5. Kembali ke penulis ya mba. Aku sendiri nggak pernah bisa nulis yang erotis kekeke tapi pernah nulis kising di novel remajaku. Platform banyak yang erotis makanya aku ga pernah nulis lagi ga bisa begitu hiks

    ReplyDelete
  6. Setuju banget tiap penulis semestinya punya rambu jelas untuk menulis yang tidak mengandung pornografi, apalagi ini di platform online ya yang siapa saja visa bebas membacanya. Prinsipnya tak hanya menghibur dan mendapatkan penghasilan, karya kita diniatkan untuk mendapatkan pahala dan mencari Ridha Allah jl

    ReplyDelete
  7. Makasih Mba Rahmi udah sharing soal ini, makin tau bedanya adult romance yg beneran memang berkualitas dan yg mana yg menjurus ke pornoliterasi

    ReplyDelete