Friday, June 11, 2021

Pengalaman Positif Covid-19, Isolasi Mandiri di Rumah

Bismillah, kali ini saya mau cerita tentang pengalaman positif covid 19 dan isolasi mandiri di rumah.

Alhamdulillah saat ini masa isolasi saya sudah selesai. Harusnya sih 14 hari, tapi karena kemaren suami penciumannya belum balik 100% jadi orang puskesmas mengatakan sebaiknya tunggu 2-3 hari lagi sampai pulih betul. Dan sekarang udah sekitar 18 hari kami isolasi, dinyatakan sudah sembuh. InsyaAlloh.

Menurut pihak puskesmas yang mendampingi, setelah 14 hari isolasi itu wajar kalau masih ada batuk atau penciuman masih terganggu karena efek long covid, tapi insyaAlloh virusnya sudah tidak dapat menular pada orang lain.



Awal Mula Terpapar Covid 19

Sekarang saya ceritain dulu awal mula kami bisa terpapar covid 19. Jadi pas lebaran itu kami pulang Kudus ke rumah ortu saya. Dari H-1 sampai H+3. Balik dari Kudus ke Semarang (ke Ngaliyan rumah mertua) lagi itu hari Minggu pagi. Thifa dan Hana si nomor 1 dan 2 pengen tetep di neneknya dulu, jadi Senin pagi kami balik ke Sendang Mulyo (rumah sendiri) cuma bertiga.

Si Ayah ngantor kaya biasa. Rabunya pas sahur puasa syawal masih sehat aja keliatannya. Habis Subuh itu katanya badannya ngga enak, jadi tidur lagi, sampai lama, akhirnya ngga ngantor. Si Ayah demam, pusing, lidah pahit trus kaya besakitan lah badannya. Jadi banyak tiduran sampai kamis siang baru kliatan mulai baikan, bisa mandi, dll. Ibunya udah suruh tes swab antigen, tapi karena kliatan udah membaik, udahlah gausah.

Baca juga: Layanan Tes Swab Antigen Home Visit Murah di Semarang

Kamis malam kepala saya pusing banget. Saya pikir oh mungkin karena udah malam banget belum tidur jadi sakit. Si Ayah yang tadinya tidur sendiri di bawah, mulai tidur di atas lagi bareng saya karena dipikir udah baikan kan.

Jumat paginya saya masih pusing berath, badan sakit-sakit kaya pegel gitu, trus demam juga. Minum paracetamol, tiduran lagi, trus agak baikan bisa mandi, dll. Si Sarah akhirnya sama Ayahnya dulu, karena Mama sakit takut ketularan.

Sabtu pagi, si Ayah bilang penciumannya dia kok samar-samar. Kondisinya padahal udah membaik, saya yang malah masih belum sehat bener, masih agak pusing. Diputuskanlah harus tes swab antigen.

Saya ngga ikut tes. Karena saya pikir kalo misal si Ayah positif ya anggap aja saya positif juga, wong saya juga bergejala. Kalo si Ayah negatif nah mungkin saya akan swab juga, biar kalo sayanya positif bisa isolasi di tempat lain atau si Ayah yang pindah.

Karena yang tes cuma seorang ga bisa tes antigen home visit. Si Ayah datang ke salah satu lab yang menyediakan jasa tes rapid swab antigen. Hasilnya qodarulloh positif.

Sudah Positiv Covid, Apa Yang Harus Dilakukan?

Pertama kali ya kami tentu mengabari keluarga ya. Ayah mertua bilang saya seklian swab antigen juga. Suami lalu menghubungi orang puskesmas yang dulu mendampingi adeknya saat isoman. Dari pihak puskesmas meminta kami mengabari RT terlebih dahulu. Nanti RT yang akan menghubungi puskesmas.

Pihak puskesmas lalu WA dan meminta kami untuk tetap di rumah dulu. Kunjungan baru bisa dilakukan di hari kerja, hari Senin. Saya juga akan tes swab antigen di Puskesmas pada hari Senin.

Kenapa harus laporan RT? Mungkin pertama biar terdata ya, yang kedua biar RT bisa memberi imbauan jogo tonggo ke masyarakat sekitar.

Pak RT maupun bu RT malam itu juga mengumumkan ke grup WA kalau kami terlena covid dan masih menunggu kunjungan puskesmas sehingga akan isolasi di rumah. Mereka juga mengimbau untuk warga agar bisa memberi bantuan.

Ga pakai lama tetangga depan rumah udah kirim sekerdus penuh, sembako dan bahan pangan. Bahkan sampai odol dan sabun juga. Terniat banget ya. Beliau juga bilang kalau butuh sesuatu lagi bilang saja.

Besoknya satu persatu tetangga mengirimkan saya macam-macam. Ada yang kirim sarapan, buah, roti, makan siang, frozen food, air zam-zam, ayam mentah, dan bahan masakan lain. Beberapa teman yang tahu juga mengirimkan makanan. MasyaAlloh kulkas saya sampai penuh. Beberapa tetangga juga WA menanyakan saya butuh apa, nanti dia yang akan carikan. Terharu jadinya, hiks.

Makanan berlimpah ruah tapi selera makan saya sedang drop. Anak-anak diceritain sampe minta liat kulkas. Thifa lalu bilang, "Akhirnya tercapai juga kulkas kita penuh ya Ma" hahahahaa. Penuh tapi harus sakit dulu. Selama ini kulkasnya sering melompong. Paling kalo baru gajan aja lumayan terisi hahaha.

Tes Swab Antigen Gratis di Puskesmas

Karena saya kontak erat dengan penderita covid, maka saya bisa tes swab antigen gratis di puskesmas. Jadi syarat tes covid gratis di puskesmas memang untuk yang pernah kontak erat dengan penderita covid, semestinya kemaren adek ipar saya sekeluarga bisa tes gratis, tapi karena ngga tahu akhirnya tes swab antigen mandiri di RS.

Gimana syarat tes swab antigen gratis di puskesmas. Pertama ya laporan dulu kalau memang kita ada kontak erat. Setelah itu pihak puskesmas minta foto KTP sama KK buat didaftarkan tes covid di puskesmas, biar sampai puskesmas langsung tes covid tanpa ngantri dan ribet urus registrasi.

Kami juga menanyakan gimana dengan Sarah apa harus dites swab antigen juga? Katanya ngga perlu kalau memang dia masih harus sama ibunya. Karena hasilnya positif dan negatif kan ga mungkin juga pisah sama si emak.

Kami tes swab antigen di Puskesmas Kedung Mundu. Tempat buat tes swab antigen terpisah dari pasien puskesmas biasa. Malah agak tersembunyi. Jadi di sana ada rumah dinas, nah tesnya di belakang rumah dinas itu. Ga nampak tempatnya dari parkiran. Saya aja sampai agak bingung carinya.

Setelah tes swab antigen kami langsung pulang, hasilnya nanti akan diinformasikan by WA, biar kami ga terlalu lama bedekatan sama orang-orang lain.

Ga seberapa lama nyampe rumah hasil sudah dikirimkan. Positif. Ngga kaget sih, sudah bisa diduga :D

Siangnya Bu Yayah dari puskesmas datang ke rumah. Cek suhu, tensi, saturasi oksigen. Hasilnya semua baik. Kami diberi pilihan mau isolasi di rumah dinas atau isolasi mandiri di rumah. Sebelumnya mertua dan adik-adik, udah pernah isolasi di rumah dinas walikota sektar 4 harian. Katanya di sana sih lumayan enak, semua disediakan. Kita tinggal makan, istirahat, olahraga, dan bebas lah mau ngapain lagi. Makanan udah ada, baju kotor dicucikan, jadi istilahnya dilayani banget.

Petugas Puskesmas ke rumah cek kesehatan

Kami memutuskan untuk isolasi di rumah. Dengan pertimbangan, pertama bawa anak kecil, takut bocah ga betah terus rewel. Kedua kalo di rumah masih bisa disambi kerja, meskipun frekuensi dikurangi karena kudu banyak istirahat. Ketiga demi menyelamatkan keuangan negara hahaha. Lha iya kalo kita di sana kan biaya yang dikeluarkan negara jadi gede. Tiap hari kudu tes swab, makan, laundry, dll. Plus bisa memberi kesempatan kepada yang lebih butuh tempat isolasi. Karena beberapa hari setelahnya sempat denger tempat isolasi hampir penuh.

Bu Yayah sempet ragu juga waktu suami bilang ada asma, menyarankan di rumdin aja, tapi kaena suami bilang kondisi udah baik dan selama ini asma juga bisa teratasi, akhirnya beliau hanya bilang kalau tiba-tiba sesak langsung ke UGD. Padahal yo mikir ke UGD naik apa ya, saya kan gabisa nyetir, xixixi.

Obat Covid Apa Ya?

Sebelum datang ke rumah bu Yayah bertanya tentang keluhan kesehatan kami. Kalau saya sih batuk pilek. Jadi pas datang bu Yayah membawa obat batuk buat saya, antibiotik, sama suplemen zinc untuk menambah nafsu makan katanya. 

Untuk Sarah cuma vitamin sirup aja, kalo si Ayah dapat apa ya, kayaknya antibiotik sama obat demam.

Bu Yayah bilang tidsk ada obat covid. Covid disembuhkan dengan daya tahan tubuh yang kuat. Jadi dia hanya kasih obat-obatan yang sesuai dengan gejala kita, misal demam ya kasih obat turun panas, batuk ya kasih obat batuk, tapi ngga ada obat untuk penderita covid.

Saran bu Yayah, makan yang banyak, konsumsi asupan vitamin C, bisa tambah madu dan suplemen lain, berjemur, berpikiran positif.

Isolasi bukan berarti di rumah terus katanya. Kita juga tetep boleh kok keluar, berjemur, pintu rumah juga ngga harus tutupan terus. Ngobrol sama tetangga juga boleh, asal jaga jarak dan pakai masker. Intinya prokes lah ya.

Satu lagi, jangan stres, ya dibikin hepi aja lah. Di rumah sambil nonton drakor, tetep nulis novel online, baca komik anak islami biar terhibur sekaligus tambah relijies hihihi.

Kenapa Bisa Kena Covid

Mungkin pertanyaan itu yang biasanya muncul, kena covid dari mana? Kalo ditanyain kena dari mana ya ga bisa memastikan karena virus itu kan tidak tampak. Dan jatuhnya juga takutnya jadi kayak menyalahkan, oh jangan-jangan saya tertular si anu.

Saya sih cuma menyadari memang kemaren kurang menjaga prokes. Jadi waktu di Kudus, maupun di Semarang (setelah pulang dari Kudus) sempet kunjungan ke sodara dan bersalaman. Habis salaman ngga langsung cuci tangan pakai sabun atau pakai cairan desinfektan. Ditambah saat itu kondisi suami juga kurang fit ya, berangkat maupun pulang ban mobil kami bocor. Jadi cape lah harus ganti-ganti ban sendiri. Nah di kondisi begitu ngga langsung digempur vitamin.

Alhamdulillah anak kami yang dua orang sehat walafiat di rumah neneknya, cuma sempet batuk tapi sekarang udah baikan. Mudah-mudahan bessok Senin bisa kumpul lagi bersama kami di sini. Aamiin.

Apa Yang Harus Dilakukan Ketika Mengalami Gejala Covid?

Kalau kita merasa demam, pusing, flu, badan sakit-sakit, bisa jadi itu covid tapi ya bisa jadi juga bukan. Karena dulu sebelum jamannya covid saya juga pernah sakit dengan gejala yang sama. Mungkin kita ngga bisa langsung tes swab jadi apa yang harus kita lakukan?

Pertama memisahkan diri. Ya kita harus mengisolasi diri di ruangan lain. Jangan sekamar dengan yang sehat dan minimalkan interaksi jarak dekat dengan yang sehat. Karena covid itu kan kaya flu ya mudah menular. Kemaren aja setelah 2 hari saya ikutan sakit. Terus Sarah yang awalnya sehat, dua hari kemudian juga demam. Dan ngeri kalo Sarah demam, karena ada riwayat kejang. Dia kaya berhalusinasi, mau jatuh. Jadi didudukkin sendiri ngga mau maunya pangku karena takut jatuh katanya. Tiap bangun tidur ngga lihat emaknya langsung jerit-jerit. Panasnya sempet 38 lebih sampai akhirnya dikasih parasetamol yang dari dubur.

Kedua pakai masker. Tapi di rumah pakai masker terus engap ya. Ya paling ngga kalo kita berhadapan sama orang lain gunakan masker, pas sendiri bolehlah dibuka.

Banyakin makan buah, multivitamin, kelapa muda, madu, atau apapun lah katanya yang bisa meningkatkan imun tubuh.

Kemaren ngga terlalu lama kok sembuhnya paling gejala yang agak berat itu cuma 2-3 hari aja, selebihnya sisa-sisa doang kaya batpil, selera makan turun, penciuman belum maksimal.

Nah itulah temans pengalaman saya terpapar covid 19 dan islasi mandiri di rumah.  After lebaran memang kasus covid meningkatkan. Bu Yayah bilang rata-rata dari cluster keluarga. Selain saya kakak saya nomer satu juga sempet positiv covid. Alhamdulillah sekarang sudah sembuh. Lalu dengar kabar orang tua beberapa teman juga terpapar, cukup kaget. Karena after lebaran kaya tiba-tiba boom, banyak orang terdekat yang terpapar covid. Mulai yang bergejala ringan sampai parah. Semoga yang sedang sakit segera disembuhakn. Dan kita yang sehat tetap menjaga imunitas dan taat protokol kesehatan ya temans.

2 comments:

  1. Alhamdulillah sudah negatif, semoga sehat-sehat selalu ya semuanyaaa aamiin 🤲🏻 dan celetukan Thifa polos banget soal kulkas hihihi lucuk

    ReplyDelete
  2. Semoga sehat selalu ya... saya pernah hidung kurang enak tenggorokan sakit, digurah, istirahat dan minum herbal alhamdulillah gak berlanjut sakitnya :)

    ReplyDelete