Friday, July 10, 2020

Sekolah Formal atau Homeschooling


Sekolah formal atau homeschooling? Keluarga kami sempat mempertimbangkan ini jauh sebelum Thifa masuk SD. Kalau saya, semenjak ikut seminarnya Kak Seto. Saat itu Thifa baru dua tahunan. Sementara Ayahnya menimbang homeschooling karena pengalamannya bersekolah dulu yang menurutnya terlalu banyak membuang waktu. Menurut dia loh ya, menurut orang lain bisa saja beda.

Jadi dari kecil si Ayah hobi nggambar sementara di sekolah pelajaran gambar hanya mendapat porsi yang sedikit sekali itupun tidak mendalam. Iya kan paling kalo pelajaran gambar kita hanya diminta untuk menggambar sesuatu, terus dinilai, dan udah. Hanya begitu saja. Si Ayah berpikir seandainya sedari kecil dia sudah fokus untuk belajar gambar dan membuat komik mungkin dia bisa lebih cepat menjadi komikus dan gambarnya bisa lebih bagus lagi dari sekarang.


Beda dengan saya. Kalo saya suka sekolah, meski sukanya itu bukan karena pelajarannya sih, tapi karena bisa ketemu teman-teman. Saya juga tidak seperti si Ayah yang bisa sejak dini menemukan passion. Cita-cita saya dari dulu berubah-ubah, mulai pengen jadi guru, polisi, astronot, penulis. Saya juga tidak mengenal bakat yang saya miliki apa, kesukaan saya apa. Pokoknya ngikutin alur aja, habis SD ya lanjut SMP, lalu SMA, kemudian kuliah, dan setelah itu cari kerja, sedapatnya. Cita-cita saya masih mengawang-awang. Saya baru menemukan passion, bakat dan bisa menentukan target-taget ke depan setelah saya berumah tangga. Sungguh telat iya kan.

Dari pengalaman itulah kami menimbang homeschooling untuk pendidikan anak-anak, dengan maksud agar anak bisa lebih dini difokuskan pada sesuatu yang memang ingin mereka pelajari dan kuasai.


Thifa bersekolah TK hanya 4 bulan saja, setelah itu karena dia sering ngga mau berangkat sekolah, dia saya keluarkan dari sekolah. Saya putuskan untuk mendidik dia dari rumah. Alhamdullillah saat masuk SD dia udah bisa baca tulis, hitungan sederhana dan mengajinya juga sudah sampai Al-Qur'an besar.

Nah saat mau masuk SD ini, kami memberikan kebebasan pada Thifa untuk memilih mau sekolah atau lanjut belajar di rumah alias homeschooling. Saat itu Thifa memilih sekolah.

Memilih antara sekolah formal dan homeschooling bukan perkara mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, mulai dari karakter anak, kesiapan orang tua, sampai support system.


Panjat tebing anak Semarang

Hari Sabtu kemarin, saya sempat live instagram di IG @rahmi.aziza bersama praktisi Homeschooling Ibu Meydiana yang juga aktif di komunitas Homeschooling Muslim Indonesia. Sudah saya upload di yotube dan versi aslinya bisa dismak di instagram TV. Bagi yang suka versi  tulisan, akan saya rangkum di  blogpost ini ya. Biar enak bacanya poin per poin, akan saya tulis berdasar hal-hal yang sering ditanyakan mengenai homeschooling.

Oh iya sebelumnya akan saya ceritakan awal mula bu Mey memutuskan untuk meng-HS kan Alifia. Jadi pada saat Alifia kelas 6 SD, Alifia menceritakan ada hal yang membuat ia tidak nyaman di sekolah hingga tidak mau berangkat sekolah bahkan ngga mau ujian. Sebenarnya, gejala ini udah nampak jauh sebelumnya, semenjak Alifia kelas 4 SD. Tapi bu Mey kurang merespon dan kurang memahami. Akhirnya bu Mey mendorong untuk Alifia menyelesaikan dulu sekolah SD nya, ikut ujian sambil ia mencari informasi tentang homeschooling. Meski masih minim info, bersama suami ia memutuskan untuk meng home schooling kan Alifia d jenjang SMP, lanjut jenjang SMA. Saat ini Alifia sudah duduk di jurusan Sejarah Universitas UNDIP semester 2. 

Apa Itu Homeschooling

Pertanyaan pertama yang paling mendasar tentu saja apa itu homeschooling. Dulu saya tahu homeschooling dari infotainment. Artis A sekolahnya homeschooling. Jadi kesimpulan saya, oh homeschooling itu buat orang yang sibuk macam artis, yang ga bisa ke sekolah karena mungkin jadwal syutingnya bentrok sama jadwal masuk sekolah, jadi sekolahnya homeschooling, manggil guru ke rumah.

Homeschooling adalah sebuah metode pembelajaran dimana keluarga bertanggung jawab penuh membuat kurikulum sendiri, menentukan jadwal dan visi dari pendidikan yang kita jalankan.


Apakah Anak Homeschooling Bisa Melanjutkan ke Sekolah Formal

Kalau anak saya homeschooling, tiba-tiba ia ingin lanjut ke sekolah formal gimana? Apakah bisa? Masuk ke sekolah formal tentunya memerlukan ijazah, lalu apakah anak homeschooling bisa mendapatkan ijazah. Jawabannya bisa. Anak-anak homeschooling bisa mengikuti ujian paket dan mendapatkan ijazah layaknya sekolah formal.

Homeschooling sendiri telah dilegalkan dan diakui oleh pemerintah berdasarkan Undang-Undang Sintem Pendidikan No. 20 Tahun 2003 pasal 13 yang menyatakan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Bagaimana Cara Anak Homeschooling Mendapatkan Ijazah?

Caranya dengan mendaftarkan diri di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) di awal kita menjalankan homeschooling. Jadi misal anak kita SD masuknya kan umur 7 tahunan nah saat itulah kita daftarkan. Dulunya memang pernah berlaku, pendaftaran pada saat mau ikutan ujian paket, tapi rupanya semenjak 3-4 tahunan ini peraturan yang berjalan adalah harus mendaftar sejak awal. Karena, selain ujian akhir paket, anak-anak homeschooling juga ikut ujian semesteran.

Setelah mendaftarkan ke PKBM kita akan diberikan pilihan untuk belajar reguler yang harus hadir di PKBM atau belajar mandiri.UNtuk pembelajaran mandiri, kita bisa belajar sendiri dengan bekal mdul dari PKBM sesuai kurikulum yang berlaku pada saat itu. Ujian semesteran juga bisa secara online ataupun offline.

Mendampingi Anak Homeschooling di Tingkat SMP Berat Ngga Sih?

Pertanyaan ini saya ajukan, karena menurut saya pelajaran SMP itu udah mulai susah. Nah kalo belajarnya di rumah apa ngga kesulitan mendampinginya? Apalagi di pelajaran matematika dan science kan.

Untuk Alifia ini memang tidak pernah les di luaran selama homeschooling, tapi, jika kita memang merasa ada mata pelajaran yang berat untuk mendampingi ngga ada masalah kok manggil guru les atau anak les di luar.

Solusi lainnya, ikutlah komunitas. Dengan begitu kita bisa saling berbagi ilmu.Misal ada ortu anak HS yang pinter masak bisa bikin kelas masak, nanti yang jago gambar buat kelas gambar, dll. Jadi bisa dapat ilmu yang ngga dikuasai orang tua tanpa harus les di luar xixi.

Bagaimana Jika Kedua Orang Tua Bekerja, Bisakah Menjalankan Homeschooling

Menjalankan homeschooling bagi kedua rang tua yang sama-sama bekerja kantoran memang tantangannya jauh lebih besar. Apalagi anak yang HS masih SD, masih butuh pendampingan. Untuk anak usia SMP menurut bu Mey cenderung lebih mandiri. Pengalaman HS putrinya, saat ia tidak berada di rumah, putrinya sudah bisa mengatur jadwal sendiri.

Nah bagi anak HS yang masih butuh pendampingan tapi kedua orang tua bekerja, bisa mendelegasikan pendampingan kepada orang lain yang di rumah, misal nenek kakek, atau ART, tentu saja tetap dengan pantauan orang tua. Jangan lupa bikin jadwal kegiatan anak ya.

Apa Kelebihan Homeschooling Dibanding Sekolah Formal

Kelebihan homeschooling yang dirasakan bu Mey dan Alifia adalah waktu yang fleksibel. Selama menjalankan homeschooling Alifia bisa ikut kegiatan ekstra sesuai minat dan bakatya. Salah satu contoh, Alifia pernah menjadi atlit panahan kota Semarang saat SMA. Latihannya sehari bisa 2-4jam, bayangin kalo sekolah formal yang biasanya sampai jam 2 siang bahkan ada yang sampai sore, mau berkegiatan lain pasti sudah lelah.

Selain itu selama homeschooling Alifia juga banyak belajar bahasa. Sampai saat ini ia bisa 8 bahasa asing. WOW!!! 


Bagaimana Jika Lingkungan Tidak Mendukung

Misalnya mendapat komen yang negatif dari kakek nenek, anak kok ngga sekolah. BU Mey sendiri mengalami hal ini loh. Yang terpenting bagi bu Mey adalah, komitmen Ayah dan Ibu. Legowo aja kalo ada yang bilang ini itu, apalagi bagi orang tua mungkin homeschooling itu tidak familiar. Anak dianggap sekolah kalo berangkat ke sekolah. Lama-lama akan paham dengan sendirinya kok apalagi melihat perkembangan yang positif dari anak kita.


Tips Buat Orang Tua Yang Mau Menjalankan Homeschooling Untuk Anak

Tips pertama dari bu Mey adalah kuatkan niat dan tekad terutama dari Ayah dan Ibu harus seiya sekata mengenai HS ini. Karena nanti bisa aja ada omongan ngga enak di luaran sana, paling ngga jika pasangan saling mendukung ini akan menguatkan kita.

Setelah itu tetapkan tujuan, kita mau membentuk anak kita seperti apa, sehingga kita memberikan porsi pendidikan yang lebih besar ke arah itu.

Yang ga kalah penting adalah berjejaring, carilah komunitas homeschooling di kotamu. Misal di Semarang ada komunitas Perkumpulan Homeschooling Indonesia (PHI) dan Home Schooling Muslim Indonesia (HSMI). Dengan berjejaring kita bisa saling menyemangati dan bertukar ilmu.

Yang terakhir, nikmati proses homeschooling bersama anak. Awal-awal pasti berat, jangan silau dengan keluarga HS yang udah sukses lantas merasa gagal jika kita belum seperti mereka. Bu Mey sendiri merasakan jungkir balik di awal-awal HS dulu kok.

Jadi Lebih Baik Mana,Sekolah Formal Atau Homeschooling

Tidak ada yang lebih baik. Semuanya baik. Mau pilih sekolah formal atau homeschooling harus dengan pertimbangan matang, pikirkan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tiap keluarga tentu kondisinya berbeda. Tulisan ini sekedar membuka wacana bahwa ada lho metode pembelajaran selain sekolah formal, yaitu homeschooling. Ada yang mau berbagi tentang pendidikan anak? Silakan di kolom komentar ya... dan ini saya setakan tanya jawab mengenai homeschooling versi video.


21 comments:

  1. Wah salut dengan Bu Mey dan keluarga yg tanggap dg kebutuhan anak. Makasih infonya ya mbak. Aku masih menjalankan homeschooling Usia dini. Banyak yg nanya kalau udah SMP atau SMA kurikulumnya gimana? Bisa baca artikel ini nih

    ReplyDelete
  2. Wah, keren banget bisa 8 bahasa begitu mbak. memang ya pada dasarnya semua sekolah itu baik. Tinggal pilih mau sekolah formal atau home schooling. Memang ga semudah yg dipikirkan, ternyata HS butuh perhatian dan kedisiplinan ekstra di rumah bisa mengatur waktu dan belajarnya. Orangtua harus bisa mendampingi. SIp, semoga yang terbaik buat anak2 kita aamiin.

    ReplyDelete
  3. Home schooling sebuah pilihan ketika anak-anak tak bisa di sekolah normal ya Mbak. Menurut saya yang tak biasa punya anak home schooling tantangannya berat banget. Orang tua harus disiplin ketat agar anak-anak tidak ketinggalan pelajaran dengan sebaya mereka yang sekolah di sekolah biasa. Untungnya anak-anak home schooling bisa mendapatkan iajzah ya.Syukur lah..

    ReplyDelete
  4. Setuju..tiap keluarga juga anak kondisinya berbeda, maka sebaiknya tidak mencela pilihan pendidikannya. Apakah sekolah formal atau homeschooling, sekolah negeri atau swasta, sekolah biasa atau pesantren..apapun itu ada kurang lebihnya.
    Bahasan yang lengkap tentang homeschooling ini.., Mbak:)

    ReplyDelete
  5. Tahun ini saya lumayan kecewa dengan sistem seleksi PPDB DKI yang menggunakan murni seleksi usia karena anak saya masih muda. Berharapnya tahun depan ada perubahan peraturan.

    Gara-gara itu, sempat kepikiran untuk HS aja. Tetapi, tentunya butuh persiapan yang matang. Apalagi Nai naik ke kelas 9.

    Setuju banget dengan paragraf terakhir. Memang pada akhirnya kembali ke keputusan masing-masing. Semua sama -sama pilihan yang baik

    ReplyDelete
  6. ANakku (kelas 8 SMP) sekarang lagi Homeschooling, Mba.
    Tapi pas SMA nanti kayaknya mau balik SMA Negri.
    Jadi, ni kami ber-Homeschooling sembari menyiapkan segala sesuatu untuk bisa smooth ketika (nantinya) masuk SMA Negeri.

    ReplyDelete
  7. Setuju saya, sekolah dengan system apapun akan sama baiknya kalo anaknya tekun belajar dan ortu mendukung semua kegiatan anak.

    Kalo saya sih gak bisa home schooling kan anak, soalnya gak telaten ngajar, hihii...

    ReplyDelete
  8. Oh, jadi meski homeschooling pelajaran yang dipelajari juga tetap mengikuti kurikulum nasional ya, Mbak? Waktu baru balik dari Brunei akhir tahun kemarin sempat mau homeschoolingkan anak-anak aja sambil mereka adaptasi kurikulum dan cara belajar tapi setelah kami tanya-tanya ke sebuah PKBM, biaya yang harus dikeluarkan justru lebih besar dari biaya sekolah swasta tingkat SD dan SMP. Ya udah setelah ditimbang-timbang akhirnya putuskan sekolah aja hahaha.

    ReplyDelete
  9. Bagus banget tulisannya Mak, ini sepertinya sedang sangat dibutuhkan para orang tua yang punya anak usia sekolah ya. Mau masukin sekolah takut covid, jadi sepertinya lbh aman homeschooling. Plus ortu bisa jadi aware dengan anak yang sudah punya bakat atau minat kuat tertentu supaya punya banyak alokasi waktu untuk hal lain ya

    ReplyDelete
  10. Aku akhir-akhir ini sering penasaran sama homeschooling Mbak, lagi banyak diskusi sama suami juga. Soalnya pengalamanku selama sekolah formal itu menyita waktu dan membuatku ga bisa fokus sama pelajaran yang aku suka waktu itu. Kembali lagi semuanya harus dipikir masak-masak demi masa depan pendidikan anak ya mbak.

    ReplyDelete
  11. Homeschooling tidak terbersit di pikiranku Mak karena terasa beratu mengajar anak full hehe tapi aku salut sama Mbak Mey, kami ketemu pas acara Arki di Jakarta dan Mbak Mey dan suaminya ikut menginap di acara Alifia itu..dukungan ortu keren sekali..

    ReplyDelete
  12. Benar mbak. Semuanya baik. Baik sekolah formal maupun homeschooling pastinya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saya pribadi saat ini anak-anak masuk sekolah formal. Walaupun dalam hati kecil, jika memungkinkan..pengen banget mereka ikutan homeschooling.

    ReplyDelete
  13. Kalau aku sih pilih sekolah formal ya, karena bagaimanapun anak butuh sosialisasi dengan teman-temannya. Walaupun saat ini jadinya anak-anak malah belajar dari rumah secara online tapi masih bisa bertemu dengan teman-temannya juga. Apalagi untuk anak-anak SD masih butuh pendampingan juga menurutku.

    ReplyDelete
  14. Sekolah formal atau homeschooling sama2 baik ya mba.. metodenya punya keunggulan masing2. Tergantung bagaimana org tua bisa mendampingi dan mengawal tumbuh kembang anak2 ya.. dulu pernah berpikir homescholing tapi sekarang udah mantap untuk sekolah formal..

    ReplyDelete
  15. Akutuh suka salut lho sama anak anak yang home schooling, ada anak temanku juga home schooling, memang karena anaknya suka dan memang sesuai dengan kebutuhannya.. menurut aku komunikasi dengan anak penting, jangan selalu maunya orangtua agar pendidikan tetap berjalan dengan baik ya

    ReplyDelete
  16. Home schooling atau belajar di sekolah biasa, masing-masing ada kelebihan dan kelemahannya ya, Mbak.
    Metode apapun yang mau diambil pastinya harus disesuaikan dengan kondisi keluarga masing-masing

    ReplyDelete
  17. Kalau saya memang suka sekolah dan terbilang anak yang rajin banget berangkat sekolah. Bahkan sedang sakit sekalipun tetap masuk kelas.

    ReplyDelete
  18. Untuk sekarang ini, aku perlunya sekolah reguler. Soalnya di sekolah reguler, anak-anak belajar bersosialisasi dengan temannya secara langsung. Kebetulan anakku pemalu banget. Susah katanya sekolah online itu

    ReplyDelete
  19. Saya juga ngerasa sekolah itu "buang2 waktu", makanya sempat terpikir ingin anak homeschooling... Tapi setelah ikut webinar hs dan liat anaknya sendiri belum tau pengen gimana (nanti bingung bikin kurikulumnya), ya udahlah sekolah formal aja hehe...

    ReplyDelete
  20. Home schooling bisa menjadi pilihan seandainya pemahaman orang tua ttg pendidikan berbasis keluarga sudah kuat dan bukan sekedar ikut2an. Soalnya sering saya jumpai beberapa keluarga yg menerapkan hs tetapi spt memindah sekolah ke rumah. Pdhl tidak sesederhana itu.. Apapun pilihannya semua hrs benar2 dipikirkan dengan matang...

    ReplyDelete
  21. Akhir-akhir ini banyak temanku yang membahas tentang homeschooling. Aku jadi penasaran. Dan ternyata memang benar ya, komitmen orang tua musti kuat mendampingi belajar anaknya

    ReplyDelete