Wednesday, July 24, 2019

Naskah Ditolak Penerbit. Aku Kudu Piye?

Kirim naskah lalu ditolak penerbit. Kamu pernah mengalaminya? Sayaaa sering. Seringnya sih ngga ada kabar apa-apa, tapi itu sama artinya ditolak kan, ngga layak terbit bagi mereka. Tapi pernah sekali saya kirim naskah novel, dan mendapat balasan yang menyakitkan kalau naskah saya itu ditolak.

Saat itu saya masih kuliah, semester berapa ya, lupa. Jauuuh sebelum komik Mak Irits terbit.

Cara kirim naskahnya masih konvensional, diketik dan dikirim ke alamat penerbit. Kalo ngga salah menyertakan perangko balasan juga deh. Di kisaran tahun 2003-2005 lah. Email udah ada, tapi kirim naskah by email belum usum kayaknya.

Yeayy komik Mak Irits karyaku akhirnya mejeng di toko buku!

Itu adalah naskah novel pertama saya. Biasanya cuma kirim cerita pendek-pendek aja, kaya percikan yang di majalah Gadis itu. Tapi edun juga saya, cerita pendek aja belum pernah lolos, kok ya sok kepedean nulis novel hahaha.

Di suatu siang pulang kuliah saya mendapatkan balasan surat dari penerbit. Degdegan dong isinya apa, diterima atau ditolak nih. Pas dibuka ternyata isinya, pemberitahuan kalau naskah saya belum bisa diterbitkan, huhuhu.

Bekson: Hancur hatiku.... mengenang dikau.... menjadi keping-keping... ♬♪♪

Selain surat penolakan ada juga poin-poin penilaiannya, dan beneran dikasih penjelasan kenapa ceritanya belum bisa lolos terbit. Selo kali ya penerbit kala itu. 

Apa yang saya rasakan saat membaca surat penolakan itu? Rasanya panas, sedih, kecewa, malu, kemudian minder. Oh berarti saya memang ngga berbakat nulis. Fixed. Hiks.

File naskahnya sekarang di mana juga ga tau, udah dibuang kalik ke tong sampah alias recycle bin saking sakit hatinya hahaha.

Baca juga: Krisis Pede, Saya Pernah Mengalaminya

Padahal naskah ditolak itu termasuk lika-liku perjalanan seorang penulis. Bahkan penulis kondang pun ngerasain kok naskahnya ditolak. Ditolaknya bukan saat ia masih pemula lho. Ditolak, padahal bukunya yang terbit puluhan, bahkan ada juga yang sudah diangkat ke layar lebar!

Siapakah dia? Eng ing eng...

Bersama Dewi Rieka (baju hijau) habis mini launching buku Petualangan Rumi :D

Inilah Dewi Rieka. Penulis serial best seller Anak Kos Dodol yang udah beberapa kali cetak ulang, ada versi komiknya bahkan versi layar lebarnya pun ada. Dewi Rieka juga menulis banyak buku anak dan blogger heits. Tapi naskahnya DITOLAK.

Berawal dari Kalah Lomba

Pada suatu kesempatan kopdar, Makdew (begitu saya biasa memanggilnya) menceritakan tentang salah satu naskahnya yang ia ikutkan pada sebuah lomba dan kalah. Padahal ikutan lomba itu modalnya lumayan besar. Syarat lombanya, naskah yang dikirim sudah dalam bentuk buku jadi, ada ilustrasinya pulak. Jadi beliau harus keluar duit buat bayar ilustrator juga mencetak buku beberapa eksemplar. Dia ngga cuma mengirimkan satu karya lomba lho, tapi dua. Dan tak ada satupun yang menang. Proses pembuatannya cukup berdarah-darah katanya #lebayy
Ditolak Penerbit Berkali-kali

Setelah sempat sedih beberapa saat, Makdew pun merasa harus mup on. Ia mulai memikirkan bagaimana agar karya ini tidak mubadzir. Ia mulai mencari penerbit mana yang cocok untuk naskahnya. Naskah lamanya tidak langsung begitu saja dikirimkan, tentu ada beberapa bagian yang direvisi dan didandani, menyesuaikan penerbit yang ia tuju. Apakah langsung diterima? Ternyata tidak saudara-saudara. Satu penerbit, dua penerbit menolaknya, barulah di penerbit ketiga naskahnya berjodoh.

Petualangan Rumi, Buku Cerita dan Aktivitas Anak

Petualangan Rumi adalah buku terbaru karya Mak Dewi Rieka dari naskah yang gagal memenangkan lomba. Buku ini menceritakan tentang petualangan Angga, Moza, dan Papa bersama Rumi, sebuah mobil yang didesain seperti rumah mungil. Dari Jakarta mereka akan berlibur menuju ke tempat Mama di Bali. Cukup banyak kota yang mereka lewati maupun singgahi. Aneka kuliner khas juga mereka cicipi. Apa sajakah itu?

Yang menarik, buku ini bukan hanya sekedar berisi cerita seru perjalanan mereka, tapi juga menambah pengetahuan kita tentang daerah di Indonesia seperti tempat wisata dan kulinernya. Selain itu juga ada lembar aktivitasnya juga lho, seperti mewarnai, teka-teki silang, dan permainan acak kata.

Ada lembar mewarnainya!

Begitu buku ini nyampe ke anak-anak, mereka langsung rebutan ingin mengerjakan lembar aktivitasnya. Aku mau mewarnai yang ini, aku yang itu.

Naskah  Ditolak Penerbit, Bukan Berarti Jelek

Ada satu pesan dari Makdew untuk kita semua, penulis maupun calon penulis. Jika naskah kita kalah lomba, atau ditolak penerbit, belum tentu karena naskah kita jelek lho. Bisa saja karena memang belum menemukan jodohnya.  Iya mungkin emang naskahnya kurang pas sama penerbit yang kita tuju, atau ngga sesuai selera juri (kalau lomba). Jadi, kalo ada yang bertanya. Naskahku ditolak penerbit, aku kudu piye? Jangan putus asa.

Tawarkan ke penerbit yang lain. Gagal di penerbit A, coba di penerbit B. Seperti yang sudah Makdew lakukan pada naskah buku Petualangan Rumi ini. Yang jelas cari penerbit yang sesuai dengan naskah kita. Jangan nulisnya buku anak kirimnya ke penerbit buku budi daya hewan ya. Caranya gimana biar kita tahu kriteria buku apa yang diinginkan penerbit? Ya main-mainlah ke toko buku, bisa lihat-lihat di sana penerbit A nerbitin buku yang kaya apa sih. Atau tengok-tengoklah socmed dari penerbit tersebut.

Nah sekarang coba tengok-tengok folder adakah naskah yang nganggur karena kemaren ditolak penerbit, coba cari jodohnya di tempat lain. Saya sendiri lagi pengen banget nih bikin cerita anak, nerbitin komik anak muslim, bismillah, InsyaAlloh...

Jadi begitu ya manteman kalo kata pepatah lama, banyak jalan menuju roma. Banyak jalan juga untuk menerbitkan buku. Artikel ini ditulis berdasarkan mini talkshow bersama Dewi Rieka di Tong Djie @Home bulan Juni lalu. Monggo kalo mau nonton yang versi video. Tapi ni videonya goyang, dan banyak noise nya, soalnya anak TK yang mideoin hahaha. Makasih ya Hanaaa.



19 comments:

  1. Huaaa dijadikan artikel, terima kasih banyak ya Miii..ayo semangat nulis yaaa...semoga kelar deadline nya...

    ReplyDelete
  2. Wadaw.. sakit toh mbak rasanya ditolak. Aku pernah denger cerita... haduh aku lupa namanya. Dia pernah kirim naskah ditolak penerbit tapi diterima penerbit lain. Ya emang belum jodoh aja kali seperti yg mbak bilang. Bukan jodohnya tapi emang gak cocok aja. Di sini pentingnya bersabar tapi tetap gigih.

    ReplyDelete
  3. Kalau ditolak penerbit kudu cepat move on ya mbak mi, dan gak patah semangat.. Jangan baper berarti ya, gagal coba lagi..aku mah ngeblog dari Desember 2015 akhir, baru punya 1 buku antologi, belum punya buku yang karya tunggal pribadi nih..

    ReplyDelete
  4. Aku di php nih ama penerbit mak udah 3 bulan syedih pwol tapi baca cerita mbak dedew ni jd lebih optimis. Mo coba penwrbit lain deh. Doain yes

    ReplyDelete
  5. Belajar dari postingan ini, untuk terus gigih maju pantang mundur sampai menemukan waktu yg tepat.Istilahnya klo sudah jodoh tidak akan pergi kemana

    ReplyDelete
  6. Pernah baca kisah perjalanan buku petualangan rumi ini hingga akhirnya diterbitkan juga. Bacanya ya di blognya mbak dedew. Saya ikut emosiiihhh... Tapi ya emang namanya jodoh siapa yang tahu ya.

    ReplyDelete
  7. Wuiiyy... kudu semangat ya kalau memang niat jadi penulis buku. Sekelas idolaque aja masih bisa ditolaque, apalagi kayak daque yang belum ada apa-apanya soal nulis buque :)) Hayok doong kopdar ngetik nih dijadiin biar semangat.

    ReplyDelete
  8. Hayuk kita giat menulis buku lagii biar pada semangat, kudu kopdar ngetik kayaknya nih ya biar saling menyemangati..jadi teringat naskahku yang belum kelar..yuk nuliiis...

    ReplyDelete
  9. Setuju, naskahku yang ditolak juga masih ada tuh netbook. Biarkan saja dulu. Semoga suatu saat bertemu jobohnya hehehe

    ReplyDelete
  10. Selalu ada jalan menuju ke penerbit ya, Mi
    Mba Dedew emang telaten, enggak pernah patah semangat untuk menerbitkan buku. Keren lah ya

    ReplyDelete
  11. Waaaa... Tengkiyu Maaak... Aku jadi tambah semangat nulis nih habis baca ini. Jadi seperti kita ketemu jodoh, tulisan kita sama penerbit pun bisa berliku-liku ya jalan ketemunya 😄

    ReplyDelete
  12. Waahh.. Menarik banget nih. Aku banget yang pernah ditolak penerbit trus jadi minder. Makasih mbak rahmi dan mba dedew , bisa jadi penyemangat.

    ReplyDelete
  13. Jangan putus asa..itu kata kuncinya ya! TFS MakMi & MakDew..jadi makin semangat nih untuk mulai lagi...

    ReplyDelete
  14. Pokoknya kalo naskah lolos penerbit, langsung siaran sama aku! Hahaha..

    Aku dulu pernah punya cita-cita, kalau anakku akan menuliskan pekerjaan ibunya sebagai penulism setiap dia mengisi data diri. Sekarang? Entahlah.. Wkwk

    ReplyDelete
  15. Artikelnya seru. Emang kalo belum jodoh itu susah klik-nya ya mbak. Yg penting usaha untuk cari pembacanya & nggak boleh baper, alias kudu move on kalo ditolak & coba lagi.

    ReplyDelete
  16. Aku belum pernah ditolak penerbit, Mbak. Soalnya belum pernah masukin artikel ke penerbit. Xixi
    Salut sama mbak rahmi dan mbak dewi, ada aja bahan ditulis. Kerenn... (y) (y)

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, akhirnya berjodoh. Menikah 3X *EhPiye

    Kebawa dah becandanya..
    Anyway, selamat ya buat Rumi dan petualannya.
    Juga semoga Mak Irit segera dipelemkan. Aamiin ^^

    ReplyDelete
  18. Kudu telaten kayak mba Dedew kalo pengen jadi penulis yang konsisten menerbitkan buku ya. Karena selalu ada jalan menuju penerbit, asal mau berjuang mewujudkan hal itu

    ReplyDelete
  19. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete