Friday, May 15, 2020

Ketika Iuran BPJS Kesehatan Naik, Lalu Batal Naik, Kemudian Akan Naik Lagi, #TerimakasihBPJS

Masih teringat saat di grup WA keluarga, mba Lia, kakak kedua saya heran kok iuran BPJS kesehatan bulan ini cuma bayar sedikit doang, 30ribu berapaa gitu. Sayapun mengecek tagihan BPJS saya dan keterangannya sudah terbayar!

Lalu searching, usut punya usut, tarif BPJS yang sempat dinaikkan pemerintah di bulan Januari, dibatalkan oleh Mahkamah Agung. Pembayaran mulai bulan April kembali ke tarif sebelum naik, lalu selisih yang sudah terlanjur dibayarkan akan diperhitungkan di bulan ini.

Alhamdulillah, batin saya, idep-idep kemaren nabung ya. Jadi anggaran 500ribu unuk bayar BPJS bulan ini bisa dialokasikan untuk yang lain. Dan emang sebagian udah saya buat belanja belanji. Kebayang lagi bulan depan dan seterusnya dari anggaran 500ribu buat BPJS, separonya bisa buat ditabung karena tarif BPJS ngga jadi naik. 

Tapi kebahagiaan tak berlangsung lama, ketika kemudian ada kabar lagi, Presiden mengeluarkan Peraturan baru dan iuran BPJS akan dinaikkan lagi mulai bulan Juli dengan nominal yang hampir sama sebelum batal naik kemaren.

Hadiah tahun baruuuu
Dalam Pasal 34 Perpres yang ditandatangani pada 5 Mei 2020 itu disebutkan tarif BPJS Kesehatan 2020, kelas I naik dari Rp 80.000 jadi Rp 150.000 per bulan.

Iuran peserta kelas II naik dari Rp 51.000 menjadi Rp 100.000 per bulan. Sementara iuran peserta kelas III segmen peserta pekerja bukan penerima upah (PBPU) dan peserta bukan pekerja (BP) menjadi Rp 42.000 per bulan. Tapi, di dalam ketentuan Pasal 34 ayat 1 Perpres Nomor 64 Tahun 2020 disebutkan, peserta kelas III hanya cukup membayarkan iuran sebesar Rp 25.500 saja karena sisanya sebesar Rp 16.500 disubsidi oleh pemerintah pusat. Nanti mulai tahun 2021, iuran peserta mandiri kelas III menjadi Rp 35.000 dan selisih sisanya sebesar Rp 7.000 dibayarkan oleh pemerintah.

Gimana perasaan saya? Sedih? Kecewa? Marah? Ngga kok saya hanya merasa... LUCU hahahaha.... dan yang langsung terlintas di pikiran saya saat itu lagunya Utopia “Kubawa kau melayang tinggi dan kuhempaskan ke bumi!” 

Saya ngga protes. Bener!! Bahkan waktu awal BPJS dinaikkan saya juga ngga protes, nyinyir dikit sih buat konten komik @emakirits hahaha. Sayapun tidak menurunkan kelas BPJS saya. Yaudah bayar aja deh, itung-itung sedekah ke pemerintah #lol 

Sayapun ngga berharap BPJS bakalan diturunkan lagi. Waktu ada berita tarif BPJS batal naik, saya ngga lantas percaya. Dalam hati sih ngebatin, mosok seh, tarif yang udah naik bakal turun lagi. Nah baru deh setelah beneran bulan ini blas ngga bayar iuran BPJS karena bulan April dianggap kelebihan bayar, saya langsung bungah, eh beneran, Alhamdulillah ya Alloh....

Baca juga: tentang Virus Corona, #dirumahaja, dan Situasi Yang Membingungkan

Kejadian BPJS yang naik, lalu batal naik, kemudian naik lagi justru membuat saya mentertawakan diri sendiri. Membuat saya belajar bahwa jangan mudah terlena dengan kebahagiaan semu. Lemah sekali kau Rahmi sehingga bisa-bisanya jadi korban PHP, huh. Padahal dari dulu kalo ada cowok pedekate, saya itu termasuk yang ngga mudah percaya, selalu waspada. Hati-hati, nanti kalo dia bohong, kamu patah hati. Lahhh napa nyambungnya ke pedekate sih hahaha. 

Sebenarnya ketika saya nulis ini, sempet kepikir, eh jangan-jangan baru wacana, belum tentu naik. Tapi begitu para (terduga) bajer posting dengan hastag #TerimakasihBPJS, posting foto yang sama  ada muka Pak Airlangga Hartanto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia  ber- background berwarna kuning, dengan caption BPJS naik demi keberlangsungan pelayanan kesehatan yang optimal, gitu-gitulah, saya langsung yakin, ini beneran bakal naik. 

Yang lucu saya sempet stalking ke para (terduga) bajer. Saya klik akun satu orang yang komen di postingan (terduga) kempen, oh posting yang sama juga toh, tentang BPJS yang naik dan ajakan rakyat buat menerima. Persis sebelum dia posting itu, di instagramnya dia posting tentang “IURAN BPJS KESEHATAN RESMI TIDAK NAIK” (tentang pembatalan kenaikan iuran BPJS) lalu saya baca komen-komen yang (terduga) bajer juga (karena saya lihat mereka posting hal sama juga di feednya) 

“Alhamdulillah, akhirnya g jadi naik ya”, “Kabar baik ini pasti disambut bahagia bagi peserta program jaminan kesehatan” dst dst... bewgitu bunyi komen mereka.

Dan beberapa hari setelahnya, mereka posting tentang kenaikan iuran BPJS hahahaha. Ini lucu bukan? 

Akhirnya saya ngga tahan untuk tidak ikutan komentar “Kabar gembiraaaa lalu besoknya kabar lain datang lagi (+emot ketawa)” 

Mau posting skrinsutan tapi ngga enak deh, jadii cari aja sendiri postingan berhastag #TerimakasihBPJS di FB, IG maupun twitter. Baca komen-komennya, niscaya kalian akan tertawa hahaha.

Sedikit saya ulas dulu tentang iuran BPJS yang naik turun ini, supaya di kedepannya ada catatan sejarah tentang ini di blog saya hahaha. 

Jadi. Pada tangl 24 Oktober 2019 Presiden Jokowi resmi menaikkan iuran BPJS kesehatan sampai lebih darik, 100% (untuk kelas 2 lebih dari 100% karena dari 51ribu naik menjadi 110ribu). Kenaikan ini berlaku untuk Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) dan peserta bukan pekerja yang mulai berlaku Januari 2020. Yang termausk PBPU ini orang yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, kaya pedagang, nelayan, dokter praktek swasta, termasuk freelancer kaya saya lah ya. 

Kemudian Mahkamah Agung mengabulkan judicial review Perpres no.75 tahun 2019 tentang Jaminan Kesehatan yang diajukan Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) yang putusannya membatalkan kenaikan iuran BPJS. 

MA menyatakan perpres tersebut bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu pasal 23A, pasal 28H dan Pasal 34 UUD 1945. Iuran dikembalikan seperti semula mulai bulan April. Kelebihan bayar di bulan April akan diperhitungkan di bulan berikutnya. 

Eh kok ya habis itu Presiden Jokowi mengeluarkan Perpres baru nomor 64 tahun 2020 tetang perubahan kedua atas Perpres nomor 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan yang akan berlaku di bulan Juli. 

Rasa-rasanya kaya hati kita dipermainkan lho. Dibawa melambung tinggi saat iuran BPJS ngga jadi naik, lantas dijatuhkan lagi ke bumi ketika beberapa bulan lagi iuran kembali naik. 

“Lho kamu ngga kasihan apa sama negara, utangnya banyak, beban biaya juga jadi tambah banyak karena pandemi corona.” 

Lha negara apa ngga kasian sama rakyatnya? Kenapa bukan gaji pejabat yang ditinjau ulang? Gaji yang gapnya besar banget sama UMR ngga bisa apa diturunin untuk mengurangi beban negara? Bukan masyarakat menengah ke bawah yang malah dikasih beban. 

“Kalo ngga kuat bayar ya turun kelas aja, atau ajukan KIS yang gratis.” 

Jadi gini lho masyarakat menengah kaya saya itu serba salah sebenarnya. Jujur ya, bayar segitu berat, tapi mau minta subsidi pemerintah kok rasanya masih banyak yang lebih membutuhkan. 

Udahlah, kita berdoa saja semoga dimampukan.” 

Oh ya jelas kalo doa mah. Tapi jangan dong itu dijadikan senjata untuk bertindak semena-mena. 

“Itu bukan semena-mena justru pemerintah mau melindungi rakyat miskin makanya dibuat subsdidi silang gitu, kita gotong royong bantu yang ngga mampu.” 

Yoo sakkarepmu lah. Lalu mengalun lagu "Hadapi dengan senyuman, apa yang terjadi biar terjadi... Hadapi dengan tenang jiwa, semua kan baik-baik saja..."

6 comments:

  1. Bener, Mbak. Kita gak bisa percaya dan terlena begitu aja. Yang ada sakittt hatiii hihihihi >.<

    ReplyDelete
  2. Kritikan yang lemah lembut hehehhehe

    ReplyDelete
  3. Tak kipasi mbak biar ga panas :)) mute aja sekalian bajer2nya *tips

    ReplyDelete
  4. Kayak yoyo aja ya. Habis naik, turun eh naik lagi. Sedihnya itu naik pas pandemi pula. Rakyat sudah susah eh malah tambah susah

    ReplyDelete
  5. Tulisanmu itu Nay mewakili isi hati dan isi pikiranku...hahhaha..thnk u lho😘😘

    ReplyDelete
  6. Saya belum sempet bayar bpjs yang sudah diturunkan, malah naik lagi sekarang. Kenapa ya pemerintah?

    ReplyDelete