Jumat, 31 Oktober sepulang saya liburan di Hotel Grasia Semarang, menemukan majalah Ummi terselip di bawah pintu. Eh kok bisa ada ini, perasaan ngga pernah order deh. Apa jangan-jangan.. naskahku nyangkut ya?
Ternyata bener. Naskah yang saya kirim pada tanggal 7 Sepetember 2014 berjudul "Setengah Busuk" tayang di Ummi rubrik Nuansa Perempuan edisi November 2014. Judulnya ditambahin jadi "Cabai Setengah Busuk". Surprise, soalnya yang pertama, penantiannya sampai tiga bulan tapi yang kedua ini cuma sebulan saja.
Honornya juga cepat sekali ditransfernya, pada akhir bulan Oktober, dan nominalnya naik dari honor yang pertama. Alhamdulillah :)
Kalo kamu punya pengalaman atau opini tentang beragam hal terkait dunia wanita bisa dikirim ke email kru_ummi@yahoo.com. Sertakan foto, scan KTP, biodata lengkap, nomor telepon, dan nomor rekening. Panjang tulisan 300-400 kata. Info lengkap untuk mengirim tulisan ke media bisa dibaca di halaman info media ini ya.
Berikut saya posting sekalian naskah versi aslinya, semoga bermanfaat :)
*********
“Mbak, tolong beli cabai merah di pasar depan ya, satu ons,
mau bikin sambel nih!” saya memberi uang sepuluh ribu pada mbak ART yang baru
masuk kerja tiga hari ini di rumah. Mbak Yati namanya.
Sebenarnya saya lebih suka belanja ke pasar sendiri, tugas si
mba biar bersih-bersih rumah saja. Tapi apa daya si bayi lagi rewel dan si
kakak juga lagi bersiap mau ke sekolah sehingga butuh perhatian lebih dari
ibunya.
“Beli aja di kios yang persis depan toko Nirmala. Di situ
biasanya cabainya seger-seger,” pesan saya pada mbak Yati sebelum berangkat ke
pasar.
Sepulang mbak Yati dari pasar saya langsung membuka bungkusan
yang dia bawa dan alangkah kagetnya saya.
“Lho cabainya kok kayak gini? Ini sih cabe setengah busuk
mbak. Udah lembek-lembek seperti ini. Mbak bisa milih ngga sih? Tadi belinya di
mana?” saya memberondongnya dengan pertanyaan begitu melihat cabai dalam
bungkusan.
Inilah yang saya tidak suka kalau belanja harus menyuruh
orang lain. Seringkali tidak sesuai dengan harapan.
“Maaf bu. Itu nggak semua busuk kok, memang agak lembek, tapi
kalau mau dibuat sambal hari ini masih bisa. Nanti saya bantu pilihkan yang
bagus-bagus ya bu.”
“Duh mbak memangnya di pasar sudah ngga ada cabai yang segar
kok pilih yang seperti ini sih?”
Sambil menunduk Mbak Yati menjawab, “Maaf bu, tadi saya
melewati bapak tua yang jualan sayuran. Jualannya sepi ngga ada yang beli.
Mungkin karena sayurannya ngga segar lagi. Terus saya tanya ke bapak itu,
kenapa sayurannya seperti itu. Dia bilang itu memang belanjaannya tiga hari
yang lalu dan belum laku. Karena saya kasihan, makanya saya beli. Saya pikir
kalau dibuat sambal hari ini masih bisa. Daripada bapak itu harus membuang
barang dagangannya begitu saja, lebih baik yang masih setengah busuk saya beli
supaya bisa dimanfaatkan.”
Deg. Saya tersentak. Marah saya langsung lenyap berganti
dengan kekaguman dan rasa malu. Ya saya malu, selama ini lebih banyak
memikirkan diri sendiri, Tidak seperti Mbak Yati yang lebih bisa berempati
terhadap penderitaan orang lain. Membeli cabai setengah busuk, selain untuk
menolong si bapak tua, juga supaya cabai tidak terbuang percuma.
“Bu..” suara Mbak Yati memecah keheningan yang sempat
tercipta diantara kami.
“Kalau Ibu tidak mau, biar saya yg beli cabai ini, nati saya
cari lagi di pasar cabai yang sesuai pesanan ibu.”
Saya tersenyum, “Nggak usah, Mbak sudah benar membeli cabai
pada bapak tua itu, makasih ya. Sekarang kita nyambel yuk!”
@rahmiaziza
Mba Rahmi bijak banget.
ReplyDeleteEh Makasih lho info ttg alamat majalahnya.
Eh, ARTmu beneran kayak gitu?Baik banget,,
ReplyDeletebagus mba tulisannya :')
ReplyDeleteSubhanallah...ini mah mengingatkan kita agar kita selalu berrsyukur dan masih ada orang disana yg masih berharap pada kita agar mereka mau membeli barang2nya buat makan anak istri...makasih mbak Rahmi T_T
ReplyDeleteCerdas sekali hati mbakmu. Kadang kasian itu maknanya pertolongan manfaat.
ReplyDeleteSo swit :")
ReplyDeleteMembayangkan wajah mbak Yati, Adeeemmm banget.. :)
ReplyDeleteYa Allah, kadang melalui merekalah kita diingatkan.
ReplyDeleteTerima kasih share ttg cara kirim ke majalah, mak :)
Meleleh mbak :(((
ReplyDeleteARTnya baik banget mbak.. semoga berkah Allah tercurah buat mbak ART, mbak Rahmi sekeluarga, dan bapak2 penjual sayur itu.. aamiin.. :)
ReplyDeletehuhuuuu meloooow drama pagi-pagi disuguhin cabai setengah busuk *etapi kalau cabainya bak porselain yang gak ada cacatnya malah katanya banyak banget insektisidanya (eh...insektisida bener gaaak...apa inspeksi yooo)
ReplyDeleteMba Yati..ada temen yang mau kerja di rumahku...hihiii *nebeng golek ke
makasih mak sharingnya,bener2 diingatkan...
ReplyDeleteInspiring mbak. Memang sangat layak muat, hehee
ReplyDeleteDulu aku langganan mjalah Ummi. sekarang udah gak pernah lagi, xixixiii..
SElamat ya mbak. Makasih juga udah sharing artikelnya di sini.
selalu ada hikmah ya mbak
ReplyDeleteinspiring banget, makasih mbak udah mau berbagi...
ReplyDeleteMba Yati... kamu keren banget :*
ReplyDeletemantap !
ReplyDeleteawalnya saya ikut kesel... tapi ternyata...*terharu*
ReplyDeleteselamat ya... keren! dpt bukti terbitnya pula ;)
klo pgn ngirim, ceritanya hrs inspiratif atau boleh bebas?
Terimakasih sharingnya
ReplyDeleteInspiratif mbak. makasih alamat emailnya Ummi.Sukses dengan karyanya ya Mbak
ReplyDeleteJadi inget waktundi kosan dulu, ada bapak tua yang minta segelas air kepada saya yang waktu itu mau berngkat ngelesi.. Si bapak tua itu kira2 usianya 70 tahunan, saya tanya katamya dari Salatiga. Hmm.. Ntar aku buat postingan aja wis..
ReplyDeleteMba Yati-nya baik ati banget. Sangat menginspirasi kisahnya ya :)
ReplyDeleteMbak yati keren, ceritanya inspieatif
ReplyDeleteaih, ceritanya keren, dan terharu juga.. ^^
ReplyDeletewah Masya Allah bisa masuk majalah Ummi..
Uhhhh so sweet ending, sederhana tapi itulah realita sehari-hari
ReplyDeleteMakasih sharingnya mak. Keren
ReplyDeleteHiksss menyentuh sekali mak..
ReplyDeleteAgain TFS
Makjleb banget jawaban si Mba ya, Mak. Bikin malu hati plus pelajaran berharga. Bahkan pembelajaran berharga pun bisa kita dapatkan dari seorang ART ya? Slmt ya atas dimuatnya artikelnya. :)
ReplyDeletebagus mak
ReplyDeleteSelamat ya mak.. catatannya memang menggugah kepekaan kita.
ReplyDeleteRahmi makin keren euy, ceritanya juga inspiratif banget :)
ReplyDeleteIya .. benar kata Mbak Ani
DeleteWow .. pelajaran dari si Mbak ......
ReplyDeleteMakasih sharingnya Mak. Dan ... selamat ya :)
Selamat ya Mak. Anda Mbak Yatinya bijak banget.
ReplyDeleteMbak Yati hebaat...! Peduli dengan orang lain.
ReplyDeleteSubhanallah, ART-nya berhati mulia sekali, mak.
ReplyDeleteMbanya hatinya baik bgt jeng....
ReplyDeleteAku punya majalahnya, beli krn ada mak Rahmi-nya.. heheh
ReplyDeleteJleb !
ReplyDeleteMbak Yati top! Selamat ya miiii udah mejeng di Ummi :*
ReplyDelete