Thursday, September 4, 2025

Tentang Demo

Bismillah, pengen aktif lagi nulis di blog, kok ya adaa aja halangannya. Kalau nggak karena mager, laptop yang lemot lah, keyboard komputer punya Ayah yang beberapa tombol rusak, hadeeeh.

Jadi mumpung rajin, mari kita cerita. Kali ini mau bahas tentang demo. Lagi rame-ramenya demo yang diawali dari demo besar dan fenomenal di Pati tanggal 13 AGustus 2025. Hmm mungkin sebelumnya udah ada demo demo juga tapi nggak terlalu heboh.

Demo Pati ini kenapa heboh? Pertama diawali dengan protes warga akjan kenaikan PBB Pati yang naik 250%. Tanggapan bupati bukannya ngayem-ngayemi, malah kaya nantang, kurang lebih katanya: "Siapa yang akan melakukan penolakan, yayak gundul? Silakan lakukan, jangan hanya 5000orang, 50ribu orang suruh kerahkan, saya tidak akan merubah keputusan." Woow luar biasa berani yaaaa.

Jelang tanggal 25 udah banyak tuh donasi-donasi air mineral di depan kantor bupati, eh keder juga dia lalu minta maaf, katanya nggak menantang. PBB Pati juga nggak jadi dinaikkan, tapi demo tanggal 13 tetep jalan dong. Udah kaduing sakit hati. Jangankan warga Pati, warga luar aja gemes. Bupati keluar sebentar dari mobil Barakuda, bilang minta maaf tapi disambut dengan lemparan air mineral dan sandal, akhirnya amsuk mobil lagi.

Bupati mengeluarkan statement tidak akan mundur karena katanya ada mekanismenya blablabla. Rakyat nggak puas dong, rencana akan ada demo jilid 2 tanggal 25, etapi salah satu pentolannya (Husein) tiba-tiba malah damai ma Bupati. So, ga ada demo di tanggal 25 tapi jadinya kirim surat ke KPK. Yaa gitulah garis besarnya ya.

Habis itu disambung lagi tanggal 28 ada demo di Senayan DPR yang berbuntut ada ojol yang kelindes mobil polisi. Astaghfirullah hal adzim.

Jujur aja saya termasuk yang setuju dengan adanya demo. Karena rakyat sudah mengkritik baik-baik seperti tidak digubris. Ya tentang pajak-oajak yang naik (bukan hanya di Pati) juga anggota DPR yang nir empati, tunjangannya wooow, pakai acara joget-joget segala.

Jadi ingat, dulu jaman SD pernah ada demo di depan sekolahan. Kebetulan depan sekolah itu kampus IKIP. Nah kelas saya itu depan jalan raya persis, jadi bisa nengok-nengok lah ada apa di jalan dari jendela. Eh tiba-tiba mahasiswa berlarian masuk ke dalam sekolah kami sampai lompat pagar, ada asap-asap juga sepertinya gas air mata. Kami jelas kaget bahkan ada yang menangis. Guru cepat-cepat mengungsikan kami ke kelas yang lebih dlaam, biar tidak dekat jalan raya.

Pulang sekolah aja saya masih nangis lo, wkwkwk. Sampai polisinya bilang, "Nanti kalau nggak dapat angkot, pulangnya saya antar." Tapi heran juga ya di kondisi kaya gitu masih bisanya kami jalan pulang sendiri, kok Papa atau Ibu nggak cepet-cepet jemput gitu wkwkwk. Kejadian itu kayaknya sekitar tahun 1996, karena saya masih SD kelas 6. Saya juga lupa sih demo karena apa, tapi pas saya cari di internet, tahun 1996 di bulan april tanggal 26 itu ada demo di Makassar karena tarif angkot naik. Ya mungkin yang itu. Sayang dulu belum jaman HP apalagi yang berkamera. Jadi ga ada dokumentasinya.

Ya wis, tulisan ini sekedar sedikit catatan sejarah saja. Siapa tahu kelak anak cucuku perlu membaca. Atau bahkan mungkin aku sendiri butuh mengenang. Mumpung belum lupa sepenuhnya tentang demo di tahun 1996. Ini aja hanya ingat-ingat sepotong kejadiannya.

No comments:

Post a Comment