Wednesday, July 26, 2017

Tentang Beras Maknyuss dan Asas Praduga Tak Bersalah

Halooo masih belum eneg bahas soal beras? Hahaha.

Saya terus terang udah bosen siih. Di socmed ketemu beras, kemaren belanja di supermarket ketemu beras, ke dapur ketemu beras lagi. Beras maknyuss pula. Tapi tetep sih kalo makan nasi ga pernah bosen xixixi.

Terus kenapa malah mau nulis tentang beras maknyusss? Iyaa supaya di kepala saya ganjalan tentang beras ini segera pergi, capek lah mikirin beras muluk kaya mikirin mantan ga kelar-kelar hahaha. Ga mau nambah jerawat di muka, dan pengen update blog, biar isinya ngga endprse melulu. Jadi ini bukan endorse lho ya sist. Penting banget gitu dikasih disclaimer. hahaha.

Pertama waktu ribut-ribut soal beras saya sih diem aja, ngamati, lha wong ngga begitu mudeng masalahnya. Ntar salah ngomong malah ruwet, Tapi akhirnya merasa kesel juga dan ikutan nyetatus. Tapiii yang saya soroti tentang beras ini SAMA SEKALI BUKAN tentang, kenapa kok beli harga gabah dari petani lebih tinggi disalahkan atau sok-sok mbelain PT.IBU yang dituduh menggunakan beras subsidi kemudian dijual dengan harga tinggi itu ya. Tapi tentang hal ini sih sudah dibantah Mensos yang mengatakan kalau beras PT.IBU bukan beras subsidi. Beritanya saya baca di metrotv news.

Jadi TIDAK MEMBELA SIAPA-SIAPA karena belum tahu kebenarannya.

Yang saya soroti adalah tentang ASAS PRADUGA TAK BERSALAH. Hellow, kita sudah belajar tentang ini dari SD kan? 
Praduga Tak Bersalah adalah asas di mana seseorang dianggap tidak bersalah hingga pengadilan menyatakan bersalah. (wikipedia)
Sementara di di website hukumonline.com disebutkan,

Dalam KUHAP, asas praduga tak bersalah dijelaskan dalam Penjelasan Umum KUHAP butir ke 3 huruf c yaitu:
“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.”

Sedangkan dalam UU Kehakiman, asas praduga tak bersalah diatur dalam Pasal 8 ayat (1), yang berbunyi:

“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.” 

 Nah yang sangat saya sesalkan adalah reaksi orang-orang ketika muncul pemberitaan Penggerebekan gudang beras PT.IBU adalah media. Berani-beraninya menggunakan judul TIPU KONSUMEN padahal isi beritanya baru DUGAAN. Seperti media yang satu ini.



Setahu saya media itu tidak boleh memberi pernyataan yang mengandung opini. Dulu saya pernah jadi penyiar radio dan memandu acara berita. Jadi harus benar-benar sesuatu yang jelas sumbernya. 

Kalo kaya judul di atas seolah kan udah beneran salah padahal isi beritanya juga tulisannya diduga, harusnya kata diduga itu juga ada dalam judul. Karena beberapa teman saya lihat ngeshare berita ini trus merespon berlebihan seperti: Kok tega ya beras subsidi dikemas jadi premium trus dijual mahal, OMG saya selama ini kan pakai beras itu, dll seolah langsung mempercayai begitu saja, padahal itu kan BARU DUGAAN.

Saya pun mengomentari beberapa status dan mengatakan kalo berita itu kan belum tentu benar, baru dugaan. Soal harga yang mahal ya itu pilihan kita. Lagian dari dulu harganya segitu kenapa ributnya baru sekarang, kan kia juga bisa milih. Di pasar ada beras 10ribuan kalo suka ya beli yang itu aja. Ya kaya harga minuman di cafe muahal padaha di warung dengan harga yang sama paling cuma seperlima harga cafe. Ga mau minum di cafe ya gausah, gitu kan. Meski ternyata saya kroscek lagi harga beras Maknyuss ini ngga mahal-mahal amat cuma di kisaran 65ribu harganya. Kemarin saya baru beli xixixi.

Habis itu kok beberapa orang colek saya di statusnya dia, yang bahas kenapa PT.IBU dianggap salah membeli gabah dari petani tinggi. Lha saya ngga pernah bahas masalah harga jual dan harga beli kok. Saya ngga tahu menahu tentang aturan harga eceran tertinggi atau apalah. Yang saya bahas ini tentang asas praduga tak bersalah baru dugaan ya jangan langsung diposisikan seolah PT.IBU ini benar-benar bersalah.


Ada lagi yang komen di statusnya orang, bahas panjang lebar, kalo beras ya harus diatur harga belinya ke petani. Kalo nanti para petani jual ke PT itu semua, trus harga beras tidak stabil, siapa yg disalahkan lagi? Jangan ngebandingin dengan kopi di warteg dengan kopi di kafe.
Beras itu, hajat hidup orang banyak. Harus diatur. Kalo kopi kan enggak.


Membaca komen di atas saya langsung terpanggil dong, karena merasa pernah komen tentang harga minuman di cafe di status seseorang. Saya jelaskan kalo saya NGGA BAHAS soal harga beli gabah, tapi, tentang ini baru dugaan jangan langsung dianggap salah beneran. Lha wong status yang saya komenin itu juga bukan bahas soal harga beli gabah, status itu cuma bilang tega ya jual harga tinggi padahal itu beras subsidi.

Ada bahkan yang bilang, oh dibela mati-matian karena komisarisnya si anu. Ngapaiiin. Bapak itu cuma komisaris lho bukan owner kan.

Jadi jangan anggap ini pembelaan ya. Kalo soal pembelaan atau klarifikasi pihak PT.IBU bisa dibaca di sini lah.

Kalau memang asas praduga tak bersalah masih berlaku di negeri ini harapan saya media-media yang memberitakan atau menggunakan judul berita seperti yang menuduh seolah menggiring opini masyarakat untuk menyudutkan pihak tertentu, ditindak. Paling tidak sama dewan pers berilah teguran.

Saya juga minta maaf sama teman-teman yang mungkin kita sempat berselisih paham. Berbeda pendapat itu wajar dan kita masih tetap teman kan ;)

45 comments:

  1. Setuju Mbak, asas praduga tak bersalag dulu, dan ini berlaku untuk semua kasus, gak cuma kasus beras aja kan ya.kita harus cerdas membaca isi berita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul mba dalam semua hal, cepat sekali kita menghakimi seseorang bersalah :(

      Delete
  2. Aku ngamatin pro kontra ini di medsos. Duh gaduh amat, ya. Dan wartawan untuk media besar gitu udah banyak yang kasih judul yang menggiring opini. Sebel juga aku jadinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah ini yang bikin kesel, soal PT ini melanggar apa ngga aku sama sekali bukan wewenangku buat komentar.

      Delete
  3. Aku sudah malas bacanya Mi, mungkin ini subyektif juga, karena aku termasuk dari petani squad. Aku tahu pendapatan mereka sekali panen harus menunggu 4 bulan itu berapa rupiah. Bagi pemilik lahan kayak aku ga terlalu terasa, karena ada pendapatan lain. Tapi buat pengolah sawah terasa beratnya. Aku aja kalo pas maen ke sawah yo ikutan sedih kalo pas ngobrol sama mereka. Menurut mereka, tak ada pembelaan dari pemerintah buat mereka. Contohnya, di daerah terdampak lahar dingin. Lha wong irigasi jebol dari dampak lahar dingin aja sampai sekarang nggak dibenerin juga. Janjinya segera. Tapi sampai 7 tahun berjalan nggak ada realisasi. Subsidi benih? Benih mah nggak kerasa rupiahnya. Buat petani kan yang paling penting adalah hasil akhir dari penjualan pertanian. Kebayang nggak sih, kalau pas musim kemarau nanem ubi jalar dari luas sawah 500m2 dapet 150k doang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa mba pertanian ini yaa tergantung segala macam ya mba, musim, dllnya. Hasilnya ngga bisa dijagakke tiap bulan ya.

      Delete
  4. Hehehe saya ketawa aja, ndak boleh komen :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Qiqiqi i feel you makanya aku juga kemren pengen tau pendapatmu yang sering turun ke bawah menghadapi langsung para petani.

      Delete
  5. Thanks mba :D baca artikel ini saya jadi tahu permasalahannya

    ReplyDelete
  6. Judul beritanya itu lho..apalagi banyak yg langsung share dan,yaa.....begitulah.

    ReplyDelete
  7. Btw.. gara2 heboh beritana dan ibuku paling suka lihat berita. sampai bilang ke aku mbak. Ora sah nggo beras kui le dodolan, ndah diperikso :p

    Wah ibuku ada2 saja. Khawatir mungkin ya, tapi apa juga hubungannya sih, secara orang kecil gini. hehehe

    Padahal berasku nggak itu sih Mbak, kemahalen buat warung kayak warungku. Ibuku kujelasin tetep nggak percaya, hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya dampaknya bisa kaya gini orang langsung ngga mau pakai padahal belum terbukti soal beras subsidi ini dan sekarang terungkap ternyata bukan beras subsidi jugak.

      Delete
  8. tentang masalah ini aku no comment si mba menyimak saja smabil nyemil makaroni pedas hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku komen karena sudah gemes aja mbaa, bukan belain sapa2 tapi reaksi orang yang seolah langsung menuduh iya dia salah. Padahal belum tentu.

      Delete
  9. Setuju mba. Jaman sekarang susah banget nyari media yg netral. Mereka sukanya bikin judul yg provokatif ataupun clickbait. Yah lagi2 buat naikin trafik kan. Mungkin di situ jualannya, paling nggak supaya terkenal. Jaman skrg kan yg penting terkenal dulu, minta maaf sambil akting nangis belakangan. Naudzubillah.

    Mana lagi jaman skrg saya perhatikan, media berita nasional malah biasanya menyitir dari medsos akun penyebar gosip. Atuh dimana validnya. Nggak ada logika.

    Beritanya bakal tambah seru klo nanti bawa2 perempuan, mbak. Nyambung nggak nyambung pokoknya panas. Ngeriii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang dipikir mungkin trafik dulu ya, bener salah, tepat atau ngga belakangan, duuh

      Delete
  10. Aku tetap lebih suka beli.beras kiloan di warung. Haha. Gk pernah beli maknyus krn mahal. Udah gitu aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku malah kemarin nyoba beras maknyuss haha, kaceknya ngga seberapa sih ma yang di pasar, 2000/kg kira2nya

      Delete
  11. Beras Maknyus mah harganya sama dengan yg aku beli di tempat langganan. Cuma yg aku beli beras curah. Kalo yg Maknyus aku nggak tahu rasanya, hihii. Berita selalu dibikin heboh dulu ya di sosmed. Biar trafiknya naik kali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beras curah kelas mengengah yang biasa kubeli 10.500, bedanya cuma 2.500 dengan beras maknyuss

      Delete
  12. Kebanyakan dari kita selalu menelan mentah-mentah apa yang ada di depannya.Nggak tabayyun dulu. Aku cukup sering beli beras kemasan kayak gini. Kadang Maknyus, kadang Pandan Wangi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbaa.. KAu biasanya curah tapi kalo nemu kemasan yang harganya ga terlalu jauh beli juga. Kemarin liat maknyuss 65rb 5kg, aku beli aja.

      Delete
  13. Berita beras ini muncul sejak sidak awal ya mba. Eh makin heboh ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa dan ngga terbukti yang soal oplosan subsidi.

      Delete
  14. Permainan media apalagi online dimana lebih sering menggunakan permainan kata demi click bait..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hooh dari artis samapai beras sama ya mbaa hihihi

      Delete
  15. Asas itu sudah lama hilang. Padahal sampe jadi terdakwa juga harusnya masih dianggap tidak bersalah. Tapi ya gitu dah. Jaman sekarang begitu mudahnya publik main hakim sendiri. Kalau dulu belum ada socmed, main hakimnya dikeroyok rame-rame (hukuman fisik). Kalo sekarang, dibully rame-rame (hukuman mental dan stigma buruk). Hukuman fisik masih lebih berpotensi untuk sembuh selama ga kelewatan. Hukuman mental (stigma buruk) ga yakin bisa hilang walau nantinya dinyatakan tidak bersalah.

    ReplyDelete
  16. ini namanya musibah membawa berkah. Allah itu memang adil kok ya

    ReplyDelete
  17. Aku tetap lebih suka beli.beras kiloan di warung. Haha. Gk pernah beli maknyus krn mahal. Udah gitu aja

    ReplyDelete
  18. wah iya nih lagi hits banget ya mbak kasusnya....kok ya tega ya mencampur2 beras gitu ya ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduuh mba ningrum ngga komplit nih bacanyaaa. Kok malah bahas teganya, ini sarkasme apa gimana sih hahaha.

      Delete
  19. Salah satu dampak negatif internet ya mbak, dikit2 ikut share, dikit2 ikut komen meski nggak benar2 tahu masalahnya. Aku malah jadi kepo pengen beli Maknyuss hehe.. Biasanya beli curah aja sih yg 11ribuan mentik wangi.. Nggak jauh beda lah ya ama si maknyuss harganya.. Apalagi kan packagingnya juga oke.. Semoga masalahnya cepat kelar ya mbak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu sebenarnya males sih komen2 ginian, aku juga ngga suka mbelain ini belain anu, wong ngga tau benar kasusnya, cuma gemes yang langsung sok2 an komen kaya yg paling tau aja

      Delete
  20. yang dicari semuanya yang heboh dulu mbaaa...yang penting proses penyidikan dan penyelidikan berjalan baik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah ituu udah heboh ternyata ngga terbukti gimana tuuh

      Delete
  21. Sepertinya bagus ya beras mak nyuss. Aku belum pernah nyobain. Selama ini pakenya beras lokal produksi jember.

    ReplyDelete
    Replies
    1. AKu blm pernah makan juga mbak LI, ini baru mau nyobain hehe

      Delete
  22. Hahah nggak ikut ribut komen di medsos krn memang gak pake beras putih, cuma beras merah produksi petani lokal murah meriah. Itupun dikiiit banget. Sudah nggak ada yg masa pertumbuhan di rumah. Hehheee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahahaha enak lah irit beras, tapi ngorot di yang lain ya mak Lus hihihi

      Delete
  23. Coba dicheck lg, ribut beras bermula dr HET beras premium. Udah gitu dugaannya berubah2 terus, diperparah tdk ada yg menyadari awal kisah OVJ ini. Tapi, ini jg momentum baik untuk mengajak masyarakat lebih perduli pangan & pertanian. Apa UU pangan & sistem standarisasi mutu pertanian hanya akan jd wacana saja? Butuh keperdulian kita semua untuk mewujudkannya.

    ReplyDelete