Ada yang bilang orang yang jaim itu tidak bisa menjadi dirinya sendiri.
Dulu, saya termasuk orang yang anti pencitraan alias no jaim. Di depan orang ya harus menunjukkan apa adanya saya. Ya biar aja orang mau komen apapun tentang saya. Daripada dia pikir yang baik-baik tentang saya, ternyata saya ngga begitu.
Salah satu contohnya nih, saya paling demen duduk dengan mengangkat satu kaki ke kursi. Kayak pas lagi bikin tulisan ini *ga usah dibayangin*
Suatu hari pas mau ke kantin sebelah kantor, saya lihat ada perempuan makan di situ, ngga kenal juga siapa. Dia makan sambil menaikkan satu kaki di kursi. Saya perhatikan, kok ngga sedep banget sih dipandang mata ya tu orang. MasyaAlloh, langsung keinget saya juga sering gitu. Jadi mungkin itulah yang orang lain rasakan juga saat melihat saya.
Habis itu saya insyaf. Saya emang masih suka duduk dengan mengangkat satu kaki ke kursi. Tapi di rumah aja, kalo ngga ada siapa-siapa. Menurut saya jaga image itu tetep penting ya asal ngga berlebihan aja dan ngga terkesan dibuat-buat. Yang penting kita tahu tempat dan bagaimana harus bersikap. Bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi untuk orang lain.
Kita hidup bersosial ngga hanya bawa nama sendiri aja loh. Kita bawa nama suami, nama orangtua, institusi, profesi dan lain-lain. Kalo kita aja yang kena dampaknya sih ngga apa-apa ya. Tapi pasti cerita yang beredar di masyarakat kan lebih dari itu. "Itu lo si Rahmi anaknya Pak anu, kok ga punya manner, apa ngga diajarin sama ortunya ya?" Nah lo, jadi kebawa-bawa jelek deh image ortu kita. Padahal beneran loh, dari kecil ortu saya sendiri sering marahin kalo saya kedapatan ngangkat satu kaki ke atas kursi.
Atau, "Ih si anu kan guru tapi kok status fesbuknya alay-alay gitu ya," misaaal. Nila setitik rusak susu sebelanga deh.
Bagaimana menurutmu temans? Jaga image, perlukah?
@rahmiaziza
Setuju, Mak. Kadang untuk alasan, 'tidak ingin menjadi orang munafik' kita ingin menunjukkan diri kita apa adanya. Memang bener kita harus menjaid diri kita sendiri. Tapi, memperlihatkan diri kita apa adanya bukan berarti segala sesuatu yang ada di kita (termasuk perilaku) bebas diperlihatkan.
ReplyDeleteSama dong, saya juga paling suka angkat 1 kaki. Tapi, cukuplah di rumah aja. Trus saya juga suka pake baju belel kalau lagi di rumah. Kayaknya adem aja rasanya. Tapi, bukan berarti kalau di luar saya pake baju belel yang gak layak untuk dipakai di depan umum hehe. Sesekali jaim untuk menjaga nama baik diri sendiri dan orang terdekat memang perlu, Mak :)
saya termasuk orang yang apa adanya mak, dulu banget sebelum Marwah lahir saya ga jaim, ya inilah saya. Tapi setelah Marwah lahir saya agak jaim kalau ketemu orangtua disekolah Marwah, hehe tapi kl temen2 kantor atau kampus sih udh pada tahu saya yg pecicilan dan riweh :D
ReplyDeleteSetuju mak semua tergantung konteksnya kl di depan umum kita bawa nama ortu nama institusi..ya mannernya harus sesuai tp kl untuk org deket ya bebaslah..ngapain juga susah2 jadi orang lain.. just be urself tp manner tetep jangan dilupain ;)
ReplyDeleteKalau menurut saya sih tergantung peletakkan jaim itu sih bu rahmi,
ReplyDeletesesekali perlu...
ReplyDeleteMenurut pendapat dian, seseorang perlu melakukan sesuatu pada tempatnya, misalkan kebiasaan mak Rahmi dulu he..he.. Bisa aja dilakukan kalau di rumah, tapi jika di luar rumah sudah lain ceritanya. Bukan bermaksud mau di puji orang lain, tapi mungkin lebih tepatnya untuk menjaga image
ReplyDeletekita aja. Terimakasih :)
jaim secara berlebihan sih gak bener juga kalo sampe harus pasa topeng dan gak jadi diri sendiri. jaim yang harus itu adalah ya memperhatikan etika dan sopan santun. :)
ReplyDeleteaku suka sila di kursi :)
ReplyDeleteSetuju harus diliat tempatnya untuk jaim ....
ReplyDeleteKalo menurut aku sih yang harus dijaga sih norma kesopanan. Kalo jaim sih saya nggak pernha, tetep aja kayak begini dari jaman kuliah, yang membedakan hanya uban dirambut
ReplyDeletesetuju tetap pada konteks berada di mana. Kalau di rumah kan "me time, whataver you do". sedangkan di luar pasti ada norma dan nilai yang berlaku
ReplyDeletejaga image itu perlu
ReplyDeletedi depan ibu mertua :D
Setuju Mba Rahmi, perlulah itu jaga image asalkan jangan sampai pada tahap membohongi orang lain tentang diri kita.
ReplyDeletekalo kata dosen public relations sih, semua orang adalah PR bagi dirinya, yang di dalamnya terdapat citra diri, keluarga, instansi, negara, juga agama. jadi, kalo dari omongan dosen itu, kayaknya perlu mbak menjaga image. atau kalimat yang tepat sih, bertingkah sesuai kondisi dan situasi.
ReplyDeletekadang aku juga bingung, mak.. jaim enggak jaim juga sama, aku ya begini inii..
ReplyDeleteAku kalau di rumah suka jagang juga. :D Jaim penting banget, asal enggak dibuat2 banget, ya.
ReplyDeleteMungkin tergantung situasi dan kondisi nya juga kali ya,
ReplyDeletekunjungan perdana disini, hihi... salam kenal yaa mba Rahmi :)
Kalo istilahku bukan jaga image ya mbak. Berperilaku sesuai etika dan etiket lebih tepatnya, karena itu sudah memenuhi aturan dari norma yang ada. Kalau jaim emang kesannya over dibuat-buat mbak.. :)
ReplyDeleteSejak punya anak, aku jadi 'jaim', terutama soal kesopanan, Mbak. :D
ReplyDeleteJaim itu perlu. Termasuk menjaga brand image perusahaan :)
ReplyDeleteSoal kaki kalau di Sumatra bukan perkara jaim, itu budaya. Anakku kadang lupa kalau pas di Jawa, makan kaki diangkat, jadi neneknya ngomel2. Tapi soal identitas diri itu harus dijaga dong, apakah dia ibu, guru atau profesi lain karena pasti akan dihubungkan dg komitmen.
ReplyDelete