Salah satu yang menyenangkan menjadi pekerja mandiri adalah waktu kerja yang fleksibel. Suami saya misalnya, dengan profesinya sebagai komikus, ia dan beberapa temannya membuat studio komik sendiri. Tidak terikat saklek dengan hari kerja Senin-Jumat dan jam kerja 9 to 5 seperti karyawan pada umumnya. Menyenangkan, tapi sesungguhnya ini juga sebuah tantangan.
Kerjaan suami tiap hari |
Waktu kerja yang fleksibel tidak lantas membuatnya lebih banyak santai ketimbang kerja, justru seringkali ketika orang-orang sudah terlepas dari rutinitas kerja, ia masih berkutat dengan pekerjaan. Apalagi karena kliennya bukan hanya dari Indonesia, cukup banyak yang berasal dari belahan dunia lain yang memiliki perbedaan waktu dengan Indonesia. Tak jarang ia mendapat email tawaran pekerjaan di tengah malam, atau klien mengajak chatting di dini hari karena di negaranya sana, waktu masih menunjukkan pukul dua siang.
Kondisi yang demikian "seharusnya" membuat ia siap kerja dimanapun berada. Ya saya bilang seharusnya karena kenyataannya tidak demikian. Sarana dan prasarana belum memadai.
Selama ini perangkat kerja suami hanyalah personal computer yang ada di studio komiknya. PC itu sudah ia miliki beberapa tahun yang lalu. Praktis jika dia berada di tempat lain pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan, menjadi terhambat.
suasana kerja di studio komik milik suami dkk |