Friday, January 25, 2013

Sifat Turunan

Jaman dulu.. (nggg.. sekarang juga masih sih) saya seringkali excited ketika menemukan kata-kata baru. Kemudian ikut-ikutan menggunakannya padahal penempatannya suka salah.

Misalnya, pas pertama kali mendengar kata "representatif" dari temen kuliah, saya n Diana (partner in crime) suka menggunakan kata itu kemana-mana. Habis itu cekikian. Kayak bangga sudah bisa melafalkan kata yang keren.

Pernah juga, setelah baca majalah dewasa (boleh dong, saya kan waktu itu menjelang dewasa juga) ada artikel tentang quicky. Langsung aja saya praktekkan. Saya suka dengan tiba-tiba mencium mbak kos trus lari sambil bilang "quicky". Yang dicium jelas marah-marah, disgusting gitu loh (baru sadar). Tapi saya sih ketawa-ketiwi aja, dan terus mengulangi di hari-hari berikutnya (Jangan ditiru!!! Hanya dilakukan oleh profesional!)

Suatu hari pas buka-buka kamus saya mendapatkan bahwa ejaculation artinya penyemburan. Saya langsung bilang ke temen-temen kos. "Ohh ejaculation itu artinya penyemburan. Berarti bisa ya, kalo aku bilang the water is ejaculation. Maksudnya airnya menyembur gitu." Temen-temen langsung memandang saya aneh.

Pernah juga saya denger kata-kata Jawa "ra mbejaji". Waktu tanya ayah katanya ra mbejaji tu artinya ngga berharga. Karena kata-kata itu kayaknya enak dilafalkan saya suka memasukkannya dalam kalimat yang kata ayah ngga nyambung blas. Misalnya, "Aduuuh panase kok ra mbejaji yo."

melepas temen kos di stasiun, pasti dikau akan kangen kebiasaan anehku :p
Beralih cerita tentang Thifa. Belakangan dia emang sering diajak pulang ke rumah neneknya (mertua saya). Seminggu sekalilah. Di sana tentu saja dia bertemu dengan om-omnya yang tiga biji itu dan sering bermain dengan mereka. Karena sering ketemu om nya dan mungkin kata om merupakan kata yang paling gampang n simple dilafalkan, dia jadi suka mengeluarkan kata itu dimanapun dan kapanpun.

Misal, lagi nonton tivi saya bilang "Thifa itu ada adek bayi." Dia langsung jawab, "Om Ayi." Ngga nyambung to.

Atau pas lagi nyanyi satu-satu.

Satu-satu thifa sayang.... (sengaja diam membarkan Thifa yang meneruskan). Jawaban dia langsung om.

Yang paling parah adalah ketika lagi nguyel-nguyel Thifa trus saya tanya. "Ini anaknya siapa ya.." Jawaban dia... "Om!"

Walah nak nurun sopo to koe???

17 comments:

  1. wahahaha.. berarti mirip ya sama saya, Mbak: aneh *toss* merasa menemukan teman seperguruan *eh? :P

    ReplyDelete
  2. Lutunaaa........like mother like daughter niyeee......

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bundaa buah jatuh tak jauh dari pohonnya yaaa

      Delete
  3. waaa kaya nya mengharukan banget yaa pas di stasiun huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. hoo mba berlinangan air mata (buaya). poto jaman dulu banget ituh

      Delete
  4. thifaaa... hahaha..

    btw, headernya lucu mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dibuatin suamiku mba, dengan penuh intimidasi dariku tentunya hahaha

      Delete
  5. Replies
    1. niru ayahnya pasti.. ibunya ngga gitu kok, ibunya kan selalu anggun hihihi

      Delete
  6. hehehe..buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. hooh mba, kecuali buah itu ketika jatuh dan belum nyampe tanah udah diterbangkan oleh badai

      Delete
  7. Wahahaha...kreatif Thifa kayak ibunya *ngakak lagi*

    Oh ya mbak, ikutan GA-ku yah disini

    ReplyDelete
  8. hehehe..............(* senyum2 sambil nyimak tulisannya)

    ReplyDelete
  9. Bagus mbak! thumbs up buat mbak! ndak Ra mbejaji ejakulasion tu to! *tak nyambung* hahaha

    ReplyDelete